Bisnis.com, JAKARTA - Nama lengkapnya Hary Tanoesudibyo. Dia kerap dipanggil HT atau Hary Tanoe. Biar mudah, mungkin.
Pria kelahiran 28 September 1965 di Surabaya, anak seorang pengusaha pengusaha Ahmad Tanoesudibyo. Dia pun membuktikan darah ayahnya, menitis di dalam dirinya. Ketika rezim Soeharto, penguasa Orde Baru tumbang, suami dari Liliana Tanaja -- yang berlatarbelakang pendidikan fashion dan kecantikan di Ottawa, Kanada dari tahun 1986-1989-- memperlihatkan itu.
Suami dari komisaris di PT Global Land Development, PT Star Media Nusantara dan PT UGB itu, mengambil jalan berbeda. Pasca tumbangnya Soeharto dan Indonesia dibelit krisis ekonomi, melalui perusahaannya Grup Bhakti Investama, yang bergerak dalam bisnis manajemen investasi, dia membesarkan diri.
Berawal dengan mengambil alih sebagian saham Bimantara Citra, yang kemudian namanya diubah menjadi Global Mediacom saat mayoritas saham sudah dimilikinya, bisnisnya kian menggurita. Dia pun menjadi salah satu pemain di bisnis media massa.
Melalui Global Mediacom, dia mendirikan Media Nusantara Citra yang dikenal dengan nama MNC dan RCTI pada 2003. Lalu bikin Mobile-8 dam Indovision --stasiun televisi satelit berlangganan-- melalui PT MNC Sky Vision Tbk.
Dari tangannya lahirlah RCTI, MNCTV, Global TV, radio Trijaya FM, Suratkabar Seputar Indonesia, majalah Trust dan tabloi khusus remaja Genie. Tak ayal, pada 2011, saat umurnya berusia 46 tahun, sudah masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes dengan total nilai kekayaan US$1,19 miliar.
Masih mengikuti darah ayahnya, bapak dari lima anak ini, pada Oktober 2011, menjadi pusat perhatian orang Indonesia. Tepatnya 9 Oktober 2011 --ayah dari Angela Herliani Tanoesoedibjo, Valencia Herliani Tanoesoedibjo, Jessica Herliani Tanoesoedibjo, Clarissa Herliani Tanoesoedibjo dan Warren Haryputra Tanoesoedibjo -- mendeklarasikan dirinya untuk terjun ke panggung politik. Wow…Dia bergabung dengan Partai Nasional Demokrat, yang didirikan oleh Surya Paloh pada 26 Juli 2011. Hanya dalam tempo satu bulan, dia muncul di tengah-tengah peserta Rapat Pimpinan Nasional Nasdem.
Orang atau para pengamat politik pun berkomentar. Duet HT dan Surya Paloh ini akan menjadi salah satu kandidat Presiden dan Wakil Presiden di Pemilu 2014.
Dengan dana yang kuat dan memiliki media massa yang besar --jika keduanya disatukan-- jalan menuju Indonesia satu, bukan sesuatu yang mustahil. Apalagi kemudian Hary Tanoe pun mulai mendengung-dengungkan Gerakan Perubahan, yang diisi oleh kaum muda.
Meski demikian, ada juga komentar yang menduga bawha Surya Paloh membuka jalan HT ke dunia politik adalah upaya untuk menarik dana segar HT ke grup usahanya. Jalan menuju penyatuan dua entitas bisnis yang nyaris tak jauh berbeda.
Apalagi kemudian terjadi pergeseran pimpinan di Metro TV, salah satu televisi milik Surya Paloh. Yakni saat Putra Nababan, anak dari Panda Nababan --tokoh PDI P-- menjadi Pemimpin Redaksi Metro setelah sebelumnya menduduki posisi yang sama di RCTI, televisi milik Hary Tanoe. Suasana kian liar.
Apalagi, setelah HT langsung dipercaya menjadi Ketua Dewan Pakar dan juga Wakil Ketua Majelis Nasional Partai Nasdem.
Namun, tak berapa lama, HT kembali membuat gebrakan yang menarik perhatian bangsa ini. Hanya dalam tempo dua tahun, tepatnya pada 21 Januari 2013, HT menyatakan diri mundur dari Partai Nasdem. Alasannya, ada perbedaan pandangan dan pendapat terkait struktur organisasi partai.
Lalu, HT pun berbelok ke Hanura. Tepatnya 17 Februari 2013. Orang pun bertanya lagi, apa sih maunya Hary Tanoe, loncat sana loncat sini. Ternyata, dia ingin menjadi penguasa di negeri ini? Dia pun --pada 2 Juli 2013-- maju menjadi calon wakil presiden bersama Wiranto, ketika itu Ketu Umum Hanura. Orang pun angguk-angguk kepala. "Itu toh…" Prediksi mendekati kebenaran?
Apalagi setelah gagal di Pemilu 2014, HT pun keluar dari Hanura. Lalu, kemudian dia mendirikan Partai Persatuan Indonesia (Perindo) pada 7 Februari 2015. Pada Pilpres 2014, yang hanya diikuti dua pasang calon yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa versus Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla-- Hary Tanoe memilih mendukung Prabowo-Hatta.
Maka, ketika Hary Tanoesudibyo mendeklarasikan Perindo mendukung Jokowi pada Pilpres 2019, suasana jadi ramai. "Untuk Pilpres, melihat perkembangan sekarang, Kongres Partai mendatang akan mengusulkan Pak Jokowi sebagai Calon Presiden 2019," ujar Hary Tanoe.
Beragam perspektif politik kembali muncul. Bahkan ada yang bilang: Ini langkah cari aman HT. Sebab HT menjadi tersangka satu kasus hukum [terkait SMS]. Atau kasus lain. Pada Juni 2012, Hary Tanoesoedibjo diperiksa oleh KPK sehubungan dengan kasus korupsi Tommy Hindratno, pejabat pajak di Kantor Pajak Sidoarjo, dan James Gunarjo, yang diyakini terhubung dengan Bhakti Investama, perusahaan milik Hary Tanoesoedibjo. Namun, Hary menegaskan perusahaannya tidak terlibat. Menurutnya, tersangka James dan Tommy tidak berkaitan dengan PT Bhakti Investama, apalagi dirinya.
"Ini kan politik dan kebangsaan. Tidak bisa diterjemahkan dengan kasus apapun," jelas Sekjen Perindo Ahmad Rofiq.
Sebagian orang bilang [tentu di Perindo], jika mundur ke belakang, langkah HT ini --mendukung Jokowi-- merupakan implementasi tekadnya. Saat melantik pengurus Perindo Sumatra Utara, 11 Juni 2016, HT mengatakan partai politiknya adalah mitra bagi parpol lain untuk mewujudkan negara Indonesia lebih maju dan sejahtera.
Filsuf Bertrand Russell (1872-1970) melihat faktor fundamental yang paling dominan mempengaruhi kehidupan manusia itu adalah kekuasaan. Nafsu untuk lebih berkuasa tak ubahnya juga seperti nafsu hendak kaya, dapat berkembang seperti tak ada batasnya sama sekali.
John Locke (1975): Kekuasaan hadir dari upaya individu menyatukan visi mereka dalam sebuah komunitas. Visi tersebut lahir dari rangkaian refleksi dan kesadaran atas hakikat dirinya sendiri sebagai makhluk yang rasional.
Kekuasaan, melakukan pesona tertentu pada orang yang ingin dan berkuasa. Benarkah?