Bisnis.com, JAKARTA -- Djarot Saiful Hidayat telah resmi menjabat sebagai Gubernur DKI menggantikan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang tersangkut kasus penodaan agama dan berujung hukuman dua tahun penjara.
Gaya Djarot menjadi pemimpin di DKI berbeda dengan Ahok, terutama saat melayani keluhan warga yang datang ke Balai Kota, tempat sang gubernur berkantor.
Ahok melayani keluhan warga dengan menerima langsung secara bertatap muka. Kini, Djarot lebih memilih untuk menugaskan masing-masing satuan kerja perangkat Daerah (SKPD) per bidang dengan memasang meja sendiri-sendiri.
Hal itu dilakukan untuk mengefektifkan pelayanan. Misalnya, ada cluster sesuai dengan bidang masing-masing pengaduan seperti bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, pelayanan masyarakat dan lainnya dengan meja sendiri.
Hendra, seorang warga yang bekerja di Jakarta mengatakan ada perbedaan antara gaya Ahok dan Djarot dalam melayani warga.
"Dulu warga antre dari pagi dan rela pulang malam untuk bertemu Ahok. Sekarang kalau saya datang jam 7 pagi pun warga yang datang enggak banyak," ujarnya.
Menunggu Lama
Kantor Ahok dan Djarot di Balai Kota cukup berjauhan. Kantor Ahok berada di Pendopo Balai Kota depan, sementara Djarot berada di lantai dua.
Pantauan Bisnis.com, setiap tamu yang datang untuk bertemu Djarot di ruangannya harus menunggu cukup lama, karena kesibukan dan agenda-agenda padat setiap harinya.
Tak jarang, tamu Djarot yang menunggu di ruang tunggu lantai dua Balai Kota memilih kembali pulang karena tak kunjung bertemu dengan mantan Wali Kota Blitar itu.
Pernah suatu hari, seorang aparat berseragam TNI memarahi petugas keamanan yang berjaga-jaga di ruang kantor Djarot. Musababnya, aparat itu merasa dipingpong ketika hendak bertemu dengan Djarot.
Dia hendak bertemu Djarot untuk mengeluhkan lambatnya proses perizinan sebuah yayasan milik rekannya.
"Saya sudah menunggu dari pagi, tapi sampai siang ini belum bertemu juga dengan Pak Djarot. Ini petugasnya gak bener," ujarnya.
Berbeda
Bukan hanya warga saja yang merasa pelayanan gubernur saat ini berbeda dibandingkan sebelumnya. Hal yang sama dirasakan oleh sebagian pekerja media.
Salah seorang jurnalis yang tidak mau disebutkan namanya mengaku ada perbedaan antara Ahok dan Djarot sebagai Gubernur DKI.
"Pak Djarot suka membatalkan agenda tiba-tiba dan kalau ditanya cenderung normatif dan tidak selugas Ahok," ujarnya.
Sejak Djarot dilantik jadi Gubernur DKI pada Juni lalu, tingkat kunjungan warga ke Balai Kota tidak sebanyak kunjungan warga yang ingin bertemu dengan Ahok.
Firmansyah, Kepala Biro Umum DKI mengatakan pihaknya belum mendata secara keseluruhan angka kunjungan warga ke Balai Kota. Namun, berdasarkan pantauan dari petugas jaga, rata-rata kunjungan warga ke Balai Kota untuk menyampaikan keluhan saat ini mencapai 15 orang. Sementara warga yang ingin berkunjung menemui Djarot rata-rata empat orang.
"Nanti ya saya lagi data dulu berapa," ujar Firmansyah.