Kabar24.com, MATARAM -- Masalah pengangguran menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, tidak hanya oleh pemerintah pusat namun juga pemerintah daerah.
Tingkat pengangguran di Nusa Tenggara Barat masih berada pada kisaran di atas 3%. Berdasarkan data Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) NTB Mei 2017, tercatat persentase tingkat pengangguran di NTB pada posisi Febuari 2017 sebesar 3,86%.
Angka ini sedikit menurun dibandingkan dengan Agustus 2016 yang tercatat di angka 3,94%. Masih sedikitnya penurunan angka pengangguran di NTB sejalan dengan Indeks Keyakinan Konsumen yang cenderung menurun pada triwulan I/2017.
Meski menunjukan tren penurunan, risiko kenaikan tingkat pengangguran dimasa depan perlu diwaspadai sejalan dengan ekspektasi masyarakat terhadap ekonomi dan lapangan kerja yang menurun.
Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin mengklaim, kesempatan bekerja di NTB sebenarnya sudah terbuka. Sayangnya, kesempatan tersebut masih belum dimanfaatkan dengan optimal lantaran masyarakat masih cenderung memilih-milih pekerjaan.
"Angkatan kerja di NTB masih tinggi,tetapi serapan tenaga kerjanya masih rendah, ditandai dengan banyaknya lowongan pekerjaan yang belum terpenuhi. Hal ini, salah satu faktornya disebabkan masih banyak masyarakat yang masih memilih-milih pekerjaan. Padahal peluang kerja tersedia," ujar Amin di Mataram, Kamis (20/7/2017).
Baca Juga
Wakil Gubernur kelahiran Sumbawa ini mengatakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah adalah dengan mendirikan pabrik tebu di Dompu yang bisa menampung tenaga kerja. Sayangnya, masih belum banyak minat masyarakat untuk bekerja di sana.
Selain itu, upaya peningkatan keterampilan ditekankan Amin menjadi salah satu hal penting dalam memperoleh pekerjaan. Upaya peningkatan keterampilan tersebut bisa diperoleh dengan memanfaatkan pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah melalui balai latihan kerja.
Berdasarkan data KEKR NTB, dari sisi sektoral, dari total angkatan kerja yang bekerja di NTB, sebanyak 42% bekerja di sektor pertanian, 22% bekerja di sektor perdagangan, dan 16% bekerja di sektor jasa.