Kabar24.com, JAKARTA - Para penyelundup narkoba ke Indonesia melakukan berbagai cara untuk mengecoh polisi. Salah satunya seperti dilakukan awak kapal Wanderlust.
Para anak buah kapal Wanderlust, kapal yang mengangkut 1 ton shabu dari China, disebut dengan sengaja mematikan perangkat GPS di kapal tersebut agar tidak bisa dilacak keberadaannya.
Alhasil kapal itu baru bisa ditangkap setelah kepolisian mendapatkan informasi dari pihak Bea Cukai saat akan menepi di perairan Tanjung Berakit, Kepulauan Riau pada Sabtu (15/7/2017).
"Dia kan transporter. jadi dia matikan [GPS] supaya tak bisa dilacak," kata DirNarkoba Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta, Kamis (20/7/2017).
Menurutnya, pelacakan kapal yang dikendalikan oleh bandar besar dari China tersebut awalnya dilakukan sejak mendapat informasi dari pihak Taiwan. Polisi pun kemudian menyebar informasi kepada pihak Bea Cukai, Bakamla, dan Ditpolair.
"Jadi pihak kepolisian menyebar (informasi) ke setiap instansi agar kapal itu tak lolos. Akhirnya atas analisa teman di Bea Cukai ada informasi kapal itu merapat dan dibawa ke pelabuhan di Batam. Ini berkat kerjasama semua pihak," katanya.
Baca Juga
Nico menambahkan, selama penyelidikan yang memakan waktu hingga dua bulan, polisi juga terus berkoordinasi dengan kepolisian Taiwan guna memantau pergerakan sindikat narkoba jaringan internasional hingga pihaknya juga harus berangkat ke Taiwan beberapa kali.
Melihat gerak-gerik para pelaku dia menduga bahwa penyelundupan sabu seberat 1 ton dengan nilai mencapai Rp1,5 triliun ini sudah dipersiapkan dengan matang.
"Kalau melihat pola dan cara yang mereka pakai, tentu perencanaan ini sangat matang. Bisa dibayangkan berangkat dari Taiwan, lintas negara membutuhkan waktu lama dan uang yang besar membeli bensin, menyewa kapal ini tentu jaringan internasional," kata dia.