Bisnis.com, JAKARTA – Badan Intelijen Rusia (FSB) mengatakan bahwa aplikasi pesan Telegram telah digunakan teroris untuk merencanakan serangan di tanah Rusia.
Regulator telekomunikasi Rusia Roskomnadzor sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya akan memblokir Telegram kecuali perusahaan itu mau menyerahkan informasi tentang perusahaan yang ‘mengendalikan’ Telegram, tekanan yang pasti akan ditolak oleh perusahaan itu.
FSB, badan penerus KGB era Soviet, menambah tekanan pada hari Senin (26/6/2017) dengan merilis sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa Telegram memberi "kesempatan bagi para teroris untuk membuat chat room rahasia dengan tingkat enkripsi yang tinggi."
FSB mengatakan seorang pembom bunuh diri yang meledakkan dirinya di metro St Petersburg pada 3 April dan menewaskan sedikitnya 15 orang telah menggunakan Telegram untuk merencanakan serangan tersebut dengan komplotannya. Telegram adalah aplikasi yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan aplikasi pesan lainnya di Rusia.
Pendiri Telegram Pavel Durov mengatakan pada hari Senin bahwa regulator komunikasi juga telah meminta perusahaannya untuk mengizinkan layanan keamanan mendekripsi pesan pengguna guna menangkap teroris.
Durov mengatakan tuntutan tersebut melanggar hak konstitusional untuk merahasiakan korespondensi dan secara teknis tidak mungkin dilakukan. Jika Rusia melarang Telegram, dia mengatakan bahwa teroris hanya akan beralih ke banyak pesaing Telegram yang juga menawarkan enkripsi end-to-end.
"Jika Anda ingin mengalahkan terorisme dengan memblokir aplikasi, Anda harus memblokir Internet," tulis Durov di media sosialnya, seperti dikutip dari Reuters, Senin (26/6/2017).