Kabar24.com, PALEMBANG - Bank Indonesia mendorong masyarakat Sumatra Selatan beralih ke media transaksi nontunai dalam rangka mengurangi kebutuhan uang kartal.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumsel Seto Pranoto menilai infrastruktur transaksi nontunai di daerah tersebut, khususnya kawasan urban, cukup memadai. Sayangnya, transaksi nontunai belum cukup populer dan transaksi tunai masih mendominasi lebih dari 90%.
Seto mencontohkan Kantor Regional II PT Bank Mandiri (Persero) Tbk saja memiliki 14.000 mesin penangkap data elektronik (EDC) yang tersebar di unit-unit pertokoan. Namun, nasabahnya masih cenderung menarik tunai via anjungan tunai mandiri (ATM).
“Sebenarnya kan bisa pakai EDC langsung. Tapi karena kebiasaan, mereka ambil dulu uang dulu di ATM kemudian belanja tunai. Hal ini sebenarnya harus dihindari,” tuturnya seusai acara pembukaan Mandiri Cinta Rupiah di Palembang pada Jumat (16/6/2017).
Seto mengatakan Gerakan Nasional Nontunai (GNNT) akan terus digalakkan oleh bank sentral dengan melibatkan kalangan industri perbankan. Menurut dia, kemajuan sebuah bangsa ditentukan salah satunya dengan seberapa cepat masyarakatnya mengadopsi transaksi nontunai.
Meski mendorong transaksi nontunai, BI juga tetap menjalankan fungsinya sebagai lembaga pengedar uang kartal. Apalagi, tahun lalu BI meluncurkan uang baru emisi 2016 yang perlu disebarkan lebih merata.
Seto menuturkan fokus BI pada tahun-tahun ke depan adalah menggarap daerah terdepan, terluar, dan terpencil (3T). Tahun ini, misalnya, BI Sumsel secara khusus membuka layanan penukaran uang lewat di tepi Sungai Musi dengan menggunakan kapal pada 6 Juni, 7 Juni, dan 9 Juni.
“Ini unik karena di sungai selama ini tidak pernah tersentuh. Selama tiga hari masyarakat antusias sekali. Per hari bisa ditukarkan Rp500 juta,” ucapnya.