Bisnis.com, LONDON – Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meminta Perdana Menteri Inggris Theresa May untuk memastikan transisi bisnis yang mulus saat Inggris resmi meninggalkan Uni Eropa, guna menghindari kekhawatiran adanya peraturan untuk perusahaan yang berubah dalam semalam.
Sehari setelah melakukan pembicaraan dengan May di London, pemimpin ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut memperjelas kekhawatirannya atas Brexit sambil juga menggarisbawahi komitmen jangka panjangnya untuk Inggris.
Perusahaan Jepang termasuk produsen mobil Nissan dan Hitachi telah menginvestasikan lebih dari US$52 miliar di Inggris. Perusahaan Jepang mempekerjakan total 140.000 orang di negara Ratu Elizabeth itu.
"Ketika Inggris meninggalkan Uni Eropa, jika peraturan tersebut berubah dalam semalam, akan ada kekhawatiran dan kemungkinan timbulnya kebingungan," katanya di London, Sabtu (29/4/2017).
Abe menambahkan bahwa dia ingin Inggris memprioritaskan "proses yang mulus dan transparan termasuk menetapkan masa transisi."
Hasil negosiasi Brexit akan membentuk masa depan ekonomi Inggris senilai US$2,6 triliun yang terbesar kelima di dunia, dan menentukan apakah London dapat mempertahankan tempatnya sebagai salah satu dari dua pusat keuangan global teratas.
Sejak masyarakat Inggris memutuskan Brexit, Jepang telah mengungkapkan kekhawatiran publik yang luar biasa kuat tentang dampak Brexit, tujuan terpenting kedua untuk investasi Jepang setelah Amerika Serikat.
“Jepang mendukung Inggris dan Uni Eropa yang kuat. Penting bahwa solidaritas perusahaan Eropa secara keseluruhan dipertahankan sementara memastikan Brexit yang lancar dan sukses,” ujarnya.
Setelah berbicara dengan Abe pada hari Jumat, Theresa May mengatakan bahwa dia ingin memastikan Inggris tetap menjadi tempat terbaik di Eropa untuk menjalankan dan mengembangkan bisnis, entah itu beroperasi di dalam negeri atau di luar negeri.