Bisnis.com, JAKARTA — Produsen makanan dan minuman segar di Australia dan Selandia Baru sedang mengembangkan teknologi untuk mencegah produk tiruan asal China. Mereka mengkhawatirkan tren kelas menengah Negeri Panda yang mulai mengembangkan rasa makanan dan minuman.
Para suplier produk mulai dari buah dan daging di Australia dan Selandia Baru bergabung dengan pengembang teknologi pelacakan dan pengodean. Tujuannya, untuk memerangi masuknya produk tiruan di bisnis global makanan dan minuman (mamin).
Perusahaan penyedia daging asal Selandia Baru misalnya, Silver Fern Farms and Synlait Milk, mengembangkan teknologi sidik jari untuk mengukur isotop makanan. Mereka bekerja sama dengan perusahaan teknologi setempat Dunedin’s Oritain.
Produsen lain, Kiwi Dairy Giant Fonterra dan Blackmores asal Australia, menggandeng raksasa e-commerce China, Alibaba, untuk mengembangkan sistem pelacakan.
Managing Director Alibaba Australia dan Selandia Baru Maggie Zhou menilai kedua negara itu sebagai acuan standar produk mamin secara global.
“Kami melihat Australia dan Selandia Baru merupakan pasar yang menjadi acuan di seluruh dunia ketika berbicara soal integritas, keamanan, dan kualitas keamanan makanan,” jelas Maggie, Minggu (9/4) waktu setempat, seperti dikutip dari Reuters.
Dia menambahkan hal tersebut yang membuat pihaknya melakukan proyek awal pengawasan produk mamin di dua negara tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Michigan State University menyebut produk palsu merugikan industri pangan global sekitar US$40 miliar per tahun. Pada 2014, China menyita produk sejenis dengan nilai ditaksir mencapai US$1 miliar.