Kabar24.com, BEIJING - Ternyata, selain bahasa Indonesia, bahasa Jawa juga menarik bagi warga negara asing.
Sejumlah mahasiswa Beijing Foreign Studies University (BFSU),China mendapatkan mata kuliah pelajaran Bahasa Jawa dua kali dalam sepekan.
"Mata kuliah Bahasa Jawa diajarkan setiap hari Senin dan Selasa. Yang mendaftar mata kuliah ini empat orang, namun yang masuk kelas mata kuliah ini totalnya delapan orang," kata staf pengajar BFSU, Hendy Yuniarto MA di Beijing, Selasa (14/3/2017).
Hendy menyebutkan empat orang yang mendaftar itu semuanya mahasiswa BFSU jurusan Bahasa Indonesia, sedangkan empat lainnya mahasiswa BFSU berasal dari Malaysia dan mahasiswa Institut Konfusius.
"Mereka yang mengambil mata kuliah ini sedikit tahu tentang Jawa atau pernah ke Jawa untuk berlibur, belajar, atau bekerja," kata peraih gelar sarjana dan magister linguistik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu.
Oleh karena mereka tidak banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar Bahasa Jawa sebelumnya, maka para mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di daratan China itu terlihat antusias mengikuti perkuliahan tersebut.
Materi yang diajarkan difokuskan pada percakapan sehari-har,i karena menurut Hendy percakapan lebih praktis dan berguna untuk komunikasi langsung di lapangan.
"Materi yang mereka pelajari dibagi dalam beberapa topik komunikasi sehari-hari. Setiap topik ada dua bagian, bahasa 'ngoko' dan 'krama'," kata pria kelahiran Yogyakarta pada 27 tahun silam itu menuturkan.
Dia belum memberikan materi penulisan aksara Jawa, meskipun sebagian mahasiswanya meminta agar diajari tulisan yang pernah mereka ketahui dari relief candi dan nama-nama jalan di beberapa kota di Pulau Jawa, terutama di Yogyakarta.
"Kalau ada materi lanjutan mungkin akan saya beri. Ini baru mata kuliah pertama," ujar Hendy yang saat ini sedang menyusun materi perkuliahan Bahasa Jawa.
Menurut dia, mata kuliah Bahasa Jawa merupakan yang pertama kali diajarkan di daratan China.
"Pada tahun 2001 pernah akan diadakan mata kuliah ini oleh warga keturunan Tionghoa yang baru pulang dari Indonesia. Namun belum bisa terlaksana," kata pria yang mulai mengajar di BFSU pada 2015 itu.