Kabar24.com, MANILA -Perang terhadap narkoba kembali ditabuh Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Duterte, Selasa (28/2/2017), menyatakan akan memanggil beberapa polisi untuk memerangi narkotika, yang telah dijadwalkan.
Pemanggilan itu dilakukan hampir sebulan setelah penangguhan keterlibatan pasukan kepolisian dalam semua gerakan tersebut.
Menjelang keputusan pembebastugasan sekitar 160 ribu anggota Kepolisian Nasional Filipina (PNP) dari gerakan itu, yang ditandatangani presiden, Duterte menyatakan negaranya menghadapi tantangan keamanan dan penegakan hukum serta membutuhkan tenaga untuk melanjutkan pemberantasan narkotika.
Duterte melontarkan kecaman pedas terhadap korupsi di tubuh kepolisian setelah dia menemukan gerombolan polisi nakal menculik dan membunuh pengusaha asal Korea Selatan di markas PNP.
Setelah membebastugaskan kepolisian dari gerakan antinarkotika, Duterte menyerahkan pimpinan operasi kepada Badan Penanggulangan Narkoba (PDEA) dan memerintahkan pihak militer menyediakan senjata guna memperlancar operasi tersebut.
Pada Selasa, dia mengarahkan operasi tersebut akan diawasi PDEA.
"Saya butuh lebih banyak orang. Saya harus memanggil kembali polisi untuk menjalankan tugas yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk memerangi narkotika," katanya kepada wartawan.
"Ini berarti menjadikan PDEA sebagai penyelia, sedangkan pelaksananya militer atau polisi," katanya.
Sejak penangguhan kepolisian pada 30 Januari lalu, perdagangan narkotika kian marak dan terus membayangi, ujar lebih dari selusin pengguna dan pengedar narkotika di beberapa wilayah Manila kepada Reuters.
Kepala PNP Ronald dela Rosa pada Senin mengatakan bahwa narkotika kembali beredar dalam beberapa pekan lalu dan polisi siap bergabung kembali dalam pemberantasan narkoba dengan alasan "lebih cepat kembali bergabung, lebih baik".
Pemberantasan narkotika memantik perhatian internasional karena 7.700 orang tewas sejak operasi tersebut dilancarkan delapan bulan lalu. Dari jumlah itu, sekitar 2.555 tewas. Polisi menganggap mereka melawan saat hendak ditangkap.
Pihak berwajib menolak tegas tuduhan komisi hak asasi manusia bahwa beberapa korban tewas lainnya akibat dibunuh oleh polisi tanpa melalui jalur hukum atau di tangan pelaku pembuhuhan yang bekerja sama dengan polisi.
Duterte secara tegas mempertahankan kampanyenya itu dan mengecam siapa pun yang prihatin, termasuk para pemimpin dunia seperti Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon dan mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Dia mencerca siapa pun yang menginginkan debat dengannya terkait persoalan tersebut.
Menurut dia, keputusan memanggil kembali polisi diambil setelah berkonsultasi dengan dela Rosa. Dia memerintahkan dela Rosa merekrut pemuda dalam satuan tugas yang berjiwa patriotisme dan tidak membusuk oleh korupsi.
Dia tidak menjelaskan secara spesifik satuan tugas tersebut. "Saya harus melakukannya karena saya tidak cukup orang," kata Duterte.
Juru bicara PNP Dionardo Carlos mengatakan bahwa dia belum mengetahui adanya pemanggilan kembali itu.
"Kami harus menunggu instruksi dan petunjuk dari atasan," katanya.
"Semua hal akan dipelajari karena kami butuh tahu di mana peran kami dalam pemberantasan narkotika dan di mana kami harus meninggalkannya," kata Carlos.