Kabar24.com, MATARAM -- Listrik merupakan sala satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ketersediaan pasokan listrik dinilai mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
General Manager PLN Wilayah NTB Karyawan Aji mengatakan, hingga Desember 2016 rasio elektrifikasi Provinsi NTB mencapai 77,68%. Angka ini ditargetkan meningkat mencapai 92,75% pada 2020 mendatang.
“Kami targetkan rasio elektrifikasi dapat meningkat 4-5% per tahun.” ujar Karyawan Aji di Mataram, Senin (30/1/2017).
Dari sisi ketersediaan daya, untuk sistem kelistrikan Lombok memiliki daya mampu sebesar 245 MW dengan beban puncak mencapai 225 MW. Sementara sistem kelistrikan Sumbawa memiliki daya mampu sebesar 56 MW dengan beban puncak mencapai 42 MW. Untuk daya mampu Sistem Bima sebesar 57 MW dengan beban puncak sebesar 42 MW.
Aji menambahkan, pertumbuhan kebutuhan daya dilihat dari beban puncak kelistrikan NTB terus mengalami peningkatan, rata-rata 12-13% dalam 6 tahun terakhir. Dari total tiga system kelistrikan yang ada di NTB, beban puncak pada tahun 2010 hanya sebesar 162 MW, terus meningkat mencapai 309 MW pada tahun 2016.
“Ketiga sistem saat ini dalam kondisi surplus, namun belum aman, karena cadangan dayanya belum mencapai 30%. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur kelistrikan mutlak diperlukan, apalagi melihat kebutuhan listrik NTB yang terus meningkat,” ujar Aji.
Pertumbuhan kebutuhan listrik di NTB cukup tinggi. Jika infrastruktur kelistrikan ini tidak dibangun, beberapa tahun mendatang NTB akan mengalami defisit listrik kembali.
Dari Program 35.000 MW, Provinsi NTB diproyeksikan mendapat tambahan 500 MW. Pembangkit tersebut antara lain PLTGU Lombok Peaker berkapasitas 150 MW, PLTMG Sumbawa berkapasitas 50 MW, PLTMG Bima berkapasitas 50 MW, PLTU Lombok 2x50 MW, dan PLTU Lombok 2 berkapasitas 2x50 MW. Sementara, satu pembangkit Program 35.000 MW yaitu Mobile Power Plant (MPP) Lombok berkapasitas 2x25 MW yang berlokasi di Jeranjang sudah beroperasi sejak Oktober 2016 lalu.
Tidak hanya dari Program 35.000 MW, PLN juga akan menambah beberapa pembangkit, antara lain Kapal pembangkit listrik Marine Vessel Power Plant (MVPP) berkapasitas 150 MW yang saat ini dalam proses perizinan sandar kapal dan operasi, serta PLTU IPP Lombok Timur berkapasitas 2x25 MW yang saat ini sedang melakukan uji coba.
Kedua pembangkit ini akan memperkuat Sistem Kelistrikan Lombok pada tahun 2017. Selain itu, di Pulau Sumbawa PLTU Sumbawa Barat berkapasitas 2x7 MW diproyeksikan dapat beroperasi tahun 2017.
Selain membangun pembangkit, untuk mendukung keandalan listrik di NTB, PLN juga akan membangun jaringan transmisi interkoneksi Pulau Lombok menggunakan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV dan Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 kV. Ditargetkan dapat beroperasi pada tahun 2017.
Namun, hingga saat ini, khususnya pembangunan SUTT terkendala oleh pembebasan lahan. Dari total 74 tower yang akan dibangun untuk menghubungkan Ampenan – Tanjung, saat ini masih terdapat 5 tower yang tanahnya belum dapat dibebaskan. Untuk interkoneksi Sumbawa – Bima masalah yang dihadapi oleh PLN tidak jauh berbeda, yaitu kesulitan dalam pembebasan lahan.
“Kami berharap masyarakat dapat mendukung pembangunan ini, dengan membebaskan lahannya. Karena meskipun pembangkit berlebih, namun jika jaringannya tidak ada, listrik tidak akan andal. Dan satu tower saja tidak terbangun, maka transmisi ini tidak dapat beroperasi,” ujar Aji.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo telah menetapkan program pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 MW, selama periode 2015 hingga 2019, hal tersebut sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 0074.K/21/MEM/2015, tentang Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN Tahun 2015-2024.
Dari sisi kebijakan, proyek ini paling tidak mempunyai 3 tujuan strategis. Pertama, penyediaan pasokan listrik di daerah-daerah yang belum mendapatkan aliran listrik. Kedua, menambah cadangan listrik sebesar 30% di atas beban puncak pada hampir semua wilaah. Ketiga, menjadikan listrik sebagai pendorong pertumbuhan industri dan wilayah.