Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

500.000 Warga Afghanistan Jadi Pengungsi Selama Konflik 2016

Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Afghanistan menyatakan lebih dari setengah juta orang di negara Asia tersebut telah menjadi pengungsi di dalam negeri mereka akibat konflik sepanjang 2016, jumlah paling banyak.
Serangan di Afghanistan/Reuters
Serangan di Afghanistan/Reuters

Bisnis.com, NEW YORK - Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Afghanistan menyatakan lebih dari setengah juta orang di negara Asia tersebut telah menjadi pengungsi di dalam negeri mereka akibat konflik sepanjang 2016, jumlah paling banyak.

"OCHA menyatakan jumlah itu merupakan kecenderungan yang mengkhawatirkan mengenai peningkatan dari tahun-ke-tahun orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka akibat konflik serta bertambahnya jumlah orang yang hidup dalam pengungsian berkepanjangan," kata Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq dalam taklimat harian di Markas Besar PBB, New York.

"Tahun ini, orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka empat kali lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tahun 2013" di Afghanistan, kata Haq.

Mark Bowden, Koordinator Kemanusiaan PBB di Afghanistan, telah menyampaikan keprihatinan bahwa jumlah paling banyak itu bukan hanya memperlihatkan jumlah mengejutkan orang yang baru menjadi pengungsi di dalam negeri mereka, tapi juga krisis jangka panjang; makin banyak keluarga di Afghanistan menghadapi pengusiran berkepanjangan.

Situasi yang bertambah buruk dan fanatisme yang merebak telah memaksa rakyat Afghanistan meninggalkan rumah mereka dan pergi ke tempat yang lebih aman, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis sore. Lebih dari 1,1 juta warga Afghanistan telah terusir dari rumah mereka akibat konflik sejak 2001 dan lebih dari 323.000 orang terdaftar sebagai orang yang kehilangan tempat tinggal dalam 10 bulan 2016, kata beberapa laporan.

Ribuan orang Afghanistan telah kehilangan tempat tinggal mereka setelah peningkatan serangan oleh petempur Taliban terhadap kepentingan pemerintah di Provinsi Kunduz Utara, Helmand Selatan dan Farah Barat selama satu bulan belakangan, kata beberapa laporan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : ANTARA/Xinhua-OANA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper