Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Ingin Afghanistan Singkirkan Armada Pesawat Dari Rusia

Angkatan Bersenjata Amerika Serikat ingin mengganti armada helikopter Afghanistan buatan Rusia dengan buatan AS untuk menekan persenjataan tua buatan Rusia, yang digunakan Angkatan Udara Afghanistan.
Helikopter Black Hawk AS di Afghanistan/Reuters-Erik De Castro
Helikopter Black Hawk AS di Afghanistan/Reuters-Erik De Castro

Kabar24.com, KABUL -Amerika Serikat berupaya menyingkirkan pengaruh Rusia di Afghanistan hingga dalam bentuk penggunaan persenjataan.

Angkatan Bersenjata Amerika Serikat ingin mengganti armada helikopter Afghanistan buatan Rusia dengan buatan AS untuk menekan persenjataan tua buatan Rusia, yang digunakan Angkatan Udara Afghanistan.

Angkatan Udara Afghanistan, yang dilatih dan dibina NATO, secara perlahan meningkatkan kekuatan namun tetap terlalu kecil bila dihadapkan pada kebutuhan pasukan keamanan, yang berjuang melawan Taliban.

Departemen Pertahanan AS meminta pendanaan bagi 53 helikopter UH-60 Black Hawk, yang diperbarui, bagi Afghanistan, cukup untuk menggantikan armada Mi-17 buatan Rusia, yang saat ini digunakan negara tersebut.

Kemenangan Trump dalam pemilihan presiden AS dan peluang hubungan semakin dekat dengan Rusia dapat berdampak pada pelolosan usul tersebut, namun jika terjadi, program tersebut akan memakan biaya hingga ratusan juta dolar Amerika dan memerlukan pelatihan ulang bagi ratusan pilot Afghanistan untuk menerbangkan pesawat baru tersebut.

Secara kasar, 50 unit helikoter angkut Mi-17 menjadi tulang punggung bagi Angkatan Udara Afghanistan, menjalankan misi transportasi pasukan dan suplai, evakuasi medis, dan dukungan udara jarak dekat.

Pertempuran berat, kondisi sulit, dan masalah perawatan telah menjadi beban dalam armada mereka, dan termasuk bagi militer AS yang sedang menghadapi hambatan hukum untuk menyediakan Mi-17 baru dan suku cadangnya di tengah memburuknya hubungan dengan Rusia.

"Departemen Pertahanan sudah memutuskan bahwa pembelian Helikopter buatan Amerika lebih berkelanjutan sebagai solusi jangka panjang sesuai kebutuhan tersebut," kata juru bicara, Adam Stump.

Di antara alasannya ialah izin resmi dalam penggunaan dana Departemen Pertahanan untuk merawat atau membeli lebih banyak helikopter Rusia.

Permintaan 814 juta dolar Amerika yang dituangkan dalam amandemen pendanaan yang didaftarkan bulan ini, juga akan menyediakan uang bagi pesawat serang baru lainnya untuk Afghanistan.

Hal itu akan mendorong total pendanaan bagi pihak keamanan Afghanistan mencapai 4,2 miliar dolar Amerika di tahun 2017, melampaui 1,2 juta dolar yang diminta untuk mempersenjatai dan mendukung pasukan lokal di Irak dan Suriah.

Melalui proposal itu, helikopter UH-60A yang diperuntukkan bagi Afghanistan akan diambil dari persediaan Angkatan Darat AS dan diperbarui menjadi varian UH-60A+, yang dikatakan Stump sebagai barang yang cocok bagi lingkungan Afghanistan yang menantang.

Perencana militer berharap untuk mulai menerjunkan Black Hawk di Afghanistan dua tahun usai kongres menyetujui pendanaan itu ketika Amerika telah menjalani perangnya di negara tersebut selama 15 tahun, ujarnya menambahkan.

Pendanaan itu juga meminta pembiayaan bagi tambahan 30 helikopter serang MD-530, enam pesawat serang darat A-29, dan lima pesawat AC-280 bagi Angkatan Udara Afghanistan.

Secara keseluruhan, kemungkinan pihak militer akan memesan 159 Black Hawk untuk Afghanistan, kata senator AS Richard Blumenthal yang mewakili negara bagian Connecticut, dan sekaligus menjadi rumah bagi perusahaan pembuat Black Hawk, Sikorsky.

Saat ini Black Hawk berjumlah 3.000 unit yang digunakan di seluruh dunia, Angkatan Darat Amerika mengoperasikan sedikitnya 2.300, berdasarkan pada data Sikorsky Aircraft Corporation, yang dicaplok raksasa perusahaan militer Lockheed Martin pada tahun lalu.

Pihak resmi Afghanistan di Kabul mengatakan belum menerima informasi resmi mengenai keputusan yang diambil, namun akan menerima dengan baik Black Hawk.

"Persenjataan tersebut sudah diuji di Afghanistan dan bisa mendukung pasukan di darat," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan, Mohammad Radmanish.

BUMN Rusia, Rostec, perusahaan induk bagi pabrik pembuat helikopter militer Rusia dan Rosoboronexport, biro ekspor persenjataan negara, menolak untuk berkomentar sebagaimana Layanan Federal untuk Kerja Sama Teknis-Militer, yang menjadi regulator negara bagi ekspor persenjataan.

Sejak 2010, AS telah menyediakan sedikitnya 3,7 miliar dolar untuk mengembangkan dan mendukung Angkatan Udara Afghanistan, yang sedang berjuang untuk menerjunkan personel berkemampuan baik agar bisa menerbangkan pesawat tersebut.

Stump mengatakan bahwa sekarang sudah ada cukup personel, namun mengubah kemampuan pada Black Hawk yang lebih rumit tentu membutuhkan pelatihan ulang bagi ratusan pilot, ketua kru, dan pekerja perawatan.

Kapten Jason Smith, juru bicara untuk Wing Pelatihan Pasukan Koalisi di Kabul mengatakan, misi militer tersebut masih menunggu keputusan kongres, namun mereka tetap bersiap untuk bekerja sama dengan rekan Angkatan Udara Afghanistan meski apapun bentuknya jika telah disetujui.

Sementara banyak kendaraan, pesawat, dan persenjataan yang diberikan bagi Pasukan Keamanan Afghanistan merupakan buatan Amerika, pihak resmi militer mengaku masih menyukai Mi-17 karena para pilot dan mekanik Afghanistan lebih familiar dengan helikopter itu.

Keputusan telah dibuat ketika AS dan Rusia bekerja sama dalam masalah yang terjadi di Afghanistan, termasuk rute pasokan utama bagi koalisi NATO baik untuk masuk maupun keluar negara tersebut.

Sejak hubungan keduanya memburuk akibat konflik di Suriah dan Ukraina.

Di bawah tekanan kongres tahun 2013, Pentagon membatalkan rencana belanja senilai lebih dari 1 miliar dolar Amerika untuk membeli helikopter Mi-17, dan pada 2014 Presiden Barack Obama mengeluarkan pelarangan untuk berbisnis dengan perusahaan senjata Rusia.

Dengan dorongan militer AS, India telah berperan dalam bantuan menyediakan helikopter Rusia untuk Afghanistan, namun keputusan Pentagon ialah menggantikam hampir keseluruhan pesawat buatan Rusia milik Afghanistan.

Sementara Presiden terpilih Donald Trump mengkampanyekan janjinya untuk melindungi perusahaan Amerika, dia juga memberikan tanda untuk memperbaiki hubungan dengan Rusia.

"Memberikan Presiden terpilih Donald Trump hasrat untuk memperbaiki hubungan dengan Moskow, Mi-17 seharusnya bisa digunakan kembali," kata Michael Kugelman, seorang pengamat dari The Woodrow Wilson Center di Washington D.C.

Sementara Mi-17 mewakili salah satu pertanda hubungan Afghanistan dengan Rusia, Kugelman mengatakan dampak penggunaan Black Hawk akan terbatas, dengan sikap Moskow, yang akan mencari kesepakatan perdagangan senjata lebih potensial dan melampaui sasaran dukungan pada Taliban.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper