Kabar24.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengajak seluruh pihak untuk melakukan perimbangan dua sisi perkembangan anak, antara otak kiri dengan otak kanan.
Dikatakan, selama ini pendidikan lebih menekankan kepada masalah membaca, menulis, dan menghitung. Padahal di sisi lain, ada tiga hal yang terabaikan, yang juga perlu diberikan perhatian, yaitu masalah etik, estetik dan kinestetik.
“Kegiatan itu banyak diabaikan sebagai penilaian di sekolah-sekolah kita, karena itu ada orangtua yang sangat bangga kalau anak-anaknya dapat matematika 10, tapi tidak bangga kalau anaknya dapat nilai menari 10,” ujar Mendikbud seperti dikutip dari laman resmi Kemdikbud, Jumat (25/11/2016).
Hal itu disampaikannya saat membuka Festival Seni Internasional (FSI) 2016 di Halaman Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan ( P4TK) Seni dan Budaya Yogyakarta, Senin (21/11/2016).
Muhadjir menjelaskan, etik berkaitan dengan tata nilai dan sopan santun, adat istiadat, angah unguh, atau toto keromo.
Kemudian estetika berkaitan dengan masalah keindahan. Citarasa yang ketiga yaitu kinestetik, yakni kegiatan yang berkaitan dengan masalah penguatan fisik dan otot yang biasanya lebih diarahkan menjadi kegiatan yang bersifat gymnastic atau kegiatan olahraga.
Untuk mendukung perimbangan kedua sisi tersebut, Mendikbud berencana memaksimalkan peran guru-guru seni dan seniman atau budayawan di sekolah.
“Kita akan mengubah paradigma pendidikan kita, terutama pada tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK, yang nanti akan kita usahakan lebih berimbang antara membaca, menulis, dan menghitung di satu sisi, dan etik, estetik, dan kinestetik di sisi yang lain. Karena itu nanti peranan seniman dan guru-guru seni sangat penting dan dibutuhkan dalam rangka membantu pendidikan yang berimbang tadi,” tutur Mendikbud.
Dalam acara pembukaan Festival Seni Internasional (FSI) 2016 tersebut, Mendikbud didampingi Bupati Sleman, Sri Purnomo.
Festival bertema “Seni Hari Ini, Budaya Masa Depan” tersebut merupakan ruang apresiasi bagi guru-guru seni dari berbagai daerah di Indonesia dan seniman-seniman muda dari 14 negara yang diundang berpartisipasi.
Pembukaan dimulai dengan tarian Colour of Butterfly yang mengkombinasikan gerak dan kostum tari moderen dengan aransemen gamelan asli Indonesia.