Kabar24.com, JAKARTA - Di tengah naiknya tren perceraian di Indonesia pada tahun ini, kondisi sebaliknya justru terjadi di Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data dari National Center for Family & Marriage Research di Bowling Green State University AS, tingkat perceraian di Paman Sam kembali turun pada 2016. Penurunan itu menjadi yang ketiga secara berturut-turut, sekaligus menjadi yang terendah selama 35 tahun terakhir.
Di lain pihak, dalam penelitian yang dilakukan secara terpisah oleh lembaga riset ini, jumlah orang AS yang hidup bersama lebih dari 50 tahun tanpa menikah telah meningkat pesat dalam kurun 2000-2014, yakni mencapai 3,2 juta orang.
Berkaitan dengan perceraian, laporan itu menyebutkan indeks perceraian tahun ini mencapai level 16,9 atau turun dari 2014 yang mencapai level 17,6. Adapun tingkat perceraian tertinggi sempat terjadi pada 1980 yang menyentuh level 23.
“Tingkat perceraian terus menurun,” ujar Wendy Manning, Co-Director National Center for Family & Marriage Research, seperti dikutip dari Bloomberg (18/11/2016).
Sementara itu, pada periode yag sama, indeks tren pernikahan di kalangan masyarakat AS juga menunjukkan peningkatan tipis. Dari 1.000 wanita yang memasuki usia menikah, yakni 15 tahun ke atas, 32,3 di antaranya telah melakukan pernikahan. Level tersebut naik tipis dari 2014 yang mencapai level 31,9. Adapun tren pernikahan tahun ini menjadi yang paling tinggi sejak 2009.
Manning mengatakan sulit untuk tahu persis mengapa tingkat perceraian menurun di AS. Dia memperkirakan faktor penuaan penduduk AS dan peran gender yang berubah menjadi alasannya.
Selain itu dia juga tak dapat menjamin, kenaikan penurunan penceraian dalam beberapa tahun terakhir akan berlanjut pada periode yang akan datang. “Kami melihat adanya penurunan perceraian di kalangan orang yang lebih muda. Sebaliknya, perceraian justru meningkat di kalangan masyarakat berusia tua,” lanjut Manning.
Dia pun melanjutkan tren penurunan perceraian dan meningkatnya angka pernikahan akan terjadi pula pada masyarakat Generasi X atau Millenial. Namun, dia melihat, saat ini para generasi muda di AS cenderung melakukan pernikahan pada masa atau usia yang jauh lebih dewasa. Hal ini berbanding terbalik dibandingkan dengan generasi masyarakat baby boomer yang cenderung gemar menikah di usia muda.