Bisnis.com, SURABAYA - Nasihat berharga disampaikan mantan Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin kepada mahasiswa.
Wakil Menteri Pertahanan periode 2010-2014 itu mengharap para mahasiswa agar jangan menghabiskan waktu untuk "gadget" (telepon pintar), karena waktu yang ada harus digunakan menerobos globalisasi.
"Untuk menerobos globalisasi itu harus punya siasat dan firasat, jangan main gadget saja. Negara ini membutuhkan generasi muda yang selalu mampu menghadapi masalah," katanya dalam seminar di Grha Universitas Tujuhbelas Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Senin, seperti diberitakan Antara, Selasa (8/11/2016).
Di hadapan ratusan mahasiswa Jurusan Manajemen dari berbagai universitas se-Indonesia yang mengikuti seminar "Leadership Management" itu, alumnus NATO School di Oberammergau, Jerman itu menjelaskan generasi muda harus memiliki kompetensi, martabat, dan keberanian.
"Karena itu, siapa pun yang kelak menjadi pemimpin harus menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari instrumen negara ini, bukan atasan, karena itu miliki orientasi yang terbuka, cari wawasan yang luas, dan jangan menghabiskan waktu untuk gadget saja," katanya.
Dalam seminar yang juga menampilkan mantan Menaker Fahmi Idris sebagai pembicara itu, ia mengatakan para mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen se-Indonesia untuk menyuarakan perlunya saluran di DPR yang menampung suara mahasiswa se-Indonesia.
"Kalau perlu dari Mahasiswa Jurusan Manajemen yang memelopori usulan kepada DPR tentang perlunya ada saluran untuk suara mahasiswa di DPR," kata mantan Kapuspen TNI (2002-2005) dan Sekjen Kemenhan (2005) itu.
Sementara itu, mantan Menaker periode 1998-2005 Fahmi Idris menyatakan mahasiswa sekarang tidak perlu berorientasi kepada politik.
"Sekarang saatnya bukan semata-mata ke politik, tapi sekarang saatnya untuk berorientasi pada kewirausahaan," katanya.
Menurut dia, generasi muda sekarang juga sudah tidak perlu fokus pada sikap kritis-oposisi, melainkan kritis-solutif, karena kepemimpinan ke depan bukan lagi kepemimpinan politis, melainkan kepemimpinan preneurship.
"Itu penting karena kepemimpinan politis itu justru banyak yang terjebak dalam kasus korupsi (KKN), bahkan data Kemendagri sekarang ada 390 bupati, 20 gubernur, dan lima menteri yang menjadi mantan, karena masuk penjara," katanya.
Untuk kepemimpinan yang berorientasi kewirausahaan itu kini menghadapi tiga tantangan yakni KKN, kesenjangan Jawa-Luar Jawa, dan bonus demografi.
"Kesenjangan itu terlihat dari masih adanya 48 juta dari 127 juta generasi muda yang tamatan SD dan tidak tamat SD," katanya.
Ia menambahkan pendidikan itu penting untuk mengatasi kesenjangan Jawa-Luar Jawa dan datangnya bonus demograsi (puncak usia produktif pada 2020-2035).