Kabar24.com, DEN HAAG - Penjahat dunia maya menawarkan jasa mereka kepada kelompok militan untuk direkrut sebagai sarana dalam menyerang Eropa.
Namun, menurut Badan Kepolisian Eropa Europol kelompok militan sejauh ini belum memanfaatkan teknik tersebut dalam serangan skala besar.
"Saat ini terdapat sedikit bukti yang mengarah pada peningkatan kemampuan serangan cyber oleh mereka [kelompok militan] sudah berkembang lebih dari sekedar perusakan situs," sebut Europol dalam kajian ancaman kejahatan cyber tahunan khususnya oleh IS di Eropa seperti diberitakan Reuters, Rabu (28/9/2016).
Namun, menurut Europol para militan bisa jadi telah mengeksploitasi kemampuan situs rahasia di internet yang disebut Darknet dengan memanfaatkan jasa yang ditawarkan para ahli komputer.
"Ketersediaan alat dan jasa kejahatan cyber serta komoditas terlarang (termasuk senjata api) di Darknet memperbesar kesempatan terjadinya pwrubahan situasi ini [pemanfaatan jasa ahli dalam kejahatan cyber]," katanya.
Secara umum, seperti disebut dalam laporan tersebut, sejumlah tren kejahatan cyber yang ada saat ini terus berkembang. Di beberapa negara anggota Uni Eropa laporan kejahatan cyber lebih banyak dari kejahatan di dunia nyata.
"Europol khawatir terkait kemampuan komunitas kejahatan di dunia maya yang berkembang hingga mampu mengeksploitasi semakin tingginya ketergantungan kami akan teknologi dan internet. Kami juga melihat pergeseran yang jelas dalam aktifitas berbasis dunia maya terkait perdagangan manusia, terorisme dan ancaman-ancaman lain," sebut Direktur Europol Rob Wainwright dalam sebuah pernyataan.
Dia mencontohkan serangan ransomware, program yang menyerang database dan meminta uang tebusan berupa uang virtual, Bitcoin untuk memecahkan kode yang disisipkan dalam serangan, yang semakin berkembang.
Begitupula serangan pishing yang mengekstraksi data keamanan, video streaming kekerasan terhadap anak serta serangan terhada jaringan mesin ATM yang semakin meningkat.