Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jepang, China dan Korsel Desak Korut

Jepang, China dan Korea Selatan sepakat mendesak Korea Utara menahan diri dari provokasi dan mengikuti resolusi Dewan Keamanan PBB, setelah peluncuran terbaru peluru kendali ke arah Jepang pada Rabu (24/8/2016) pagi.
Rudal Korut/REUTERS-KCNA
Rudal Korut/REUTERS-KCNA

Bisnis.com, TOKYO -  Jepang, China dan Korea Selatan sepakat mendesak Korea Utara menahan diri dari provokasi dan mengikuti resolusi Dewan Keamanan PBB, setelah peluncuran terbaru peluru kendali ke arah Jepang pada Rabu (24/8/2016) pagi.

Menteri luar negeri dari tiga negara Asia itu juga berupaya memperbaiki hubungan, yang sering mudah tersinggung, dan mencapai kesepahaman dalam pertemuan puncak tripihak di Jepang pada tahun ini, kata pejabat Jepang.

"Kami memastikan bahwa kami akan mendesak Korut untuk menahan diri terkait aksi provokatifnya, dan memperhatikan resolusi Dewan Keamanan PBB," kata Menlu Jepang Fumio Kishida dalam jumpa pers setelah menjadi tuan rumah pertemuan dengan timpalannya dari China dan Korsel.

Kapal selam Korut menembakkan peluru kendali balistik pada Rabu, yang terbang sekitar 500km ke arah Jepang, dan menunjukkan peningkatan kemampuan teknologi negara terkucil itu, yang telah melakukan uji nuklir dan sejumlah peluncuran peluru kendali pada tahun ini dengan melanggar hukuman PBB.

Di tengah ancaman Korut itu, kerja sama antara Jepang, China dan Korsel menjadi lebih penting, kata Kishida setelah pertemuannya dengan Menlu Tiongkok Wang Yi dan Menlu Korsel Yun Byung-se.

Yun menjanjikan dukungan Korsel untuk merealisasikan pertemuan puncak trilateral pada akhir tahun, serta melakukan kerja sama ekonomi dan mencapai keberhasilan dalam pertemuan puncak 20 negara ekonomi besar pada September di China.

Wang mengatakan Tiongkok menentang program-program nuklir dan rudal Korut dan setiap "kata atau tindakan" yang menyebabkan ketegangan di semenanjung Korea, kata Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataan.

Tiongkok akan terus mendorong denuklirisasi semenanjung Korea, mencari resolusi melalui dialog dan menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan, tambah Wang.

Ketiga menteri itu sependapat bahwa Jepang akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak trilateral tahun ini, meskipun tanggalnya belum ditentukan, kata pejabat Kemenlu Jepang.

Masalah Hubungan di antara tiga ekonomi besar Asia tersebut seringkali mengalami masa sulit, dengan warisan agresi Jepang di masa perang yang mempengaruhi hubungan antar negara itu dengan China dan Korsel, sengketa wilayah yang menciderai hubungan antara Jepang-China dan Jepang-Korsel, serta kecurigaan China atas hubungan kedua negara lainnya dengan AS.

Pertemuan tersebut menandai kunjungan pertama menteri luar negeri China ke Jepang sejak pemerintah Jepang mengambil alih tiga dari kepulauan kecil dalam sengketa dengan China, dari pemiliknya warga Jepang pada September 2012.

"Kerja sama tripihak itu bagian sangat penting dalam kerja sama Asia Timur," kata Wang kepada timpalannya di awal pertemuan.

"Ada banyak masalah di antara ketiga negara itu, namun China, Jepang dan Korsel adalah tiga ekonomi terbesar di Asia. Adalah tanggung jawab kami untuk mempromosikan pembangunan ekonomi, memimpin kerja sama kawasan dan menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan," katanya.

Kantor berita resmi China Xinhua mengatakan kesediaan Wang pergi ke Tokyo menunjukkan "ketulusan China bekerja sama dengan Jepang dan Korsel".

Pada saat sama, mereka memperingatkan Jepang dan Korsel untuk "meninggalkan mental Perang Dingin dan melihat kemunculan damai China sebagai semangat bagi pembangunan kawasan", sementara menghindar "menjadi alat bagi beberapa negara di luar kawasan untuk merusak stabilitas kawasan".

Pertemuan pada Rabu itu sebelumnya diragukan setelah ketegangan China-Jepang meningkat terkait sengketa atas kepulauan kecil di Laut China Timur.

Korsel dan Jepang juga memiliki sengketa kawasan atas kepulauan kecil yang berada sekitar separuh jalan antara daratan kedua negara.

Ketegangan juga meningkat antara Korsel dan China atas keputusan Seoul dan Washington untuk mengerahkan sistem pertahanan anti-rudal canggih, yang dimaksudkan untuk menghadapi meningkatnya ancaman dari Korut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA/REUTERS
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper