Kabar24.com, ISTANBUL— Menteri Kehakiman Turki Bekir Bozdag pada Selasa (9/8/2016) mengatakan bahwa sekitar 16.00 orang telah ditahan secara resmi dan diserahkan ke tahanan terkait aksi kudeta bulan lalu sementara 6,000 orang lainnya masih diproses.
Dia juga mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa sekitar 7,669 orang lainnya masih diselidiki tetapi tidak ditahan.
Sejauh ini, Turki telah menahan puluhan ribu orang dari berbagai kalangan termasuk militer dan pelayan publik terkait kecurigaan adanya hubungan dengan kudeta 15 Juli lalu, ketika faksi militer mencoba menjatuhkan Presiden Tayyip Erdogan dan pemerintahannya.
Lebih dari 240 orang tewas dan hampir 2,200 orang terluka ketika faksi militer yang dikomandoi pesawat tempur, helikopter militer, dan tank menembak ke arah masyarakat dan berusaha menggulingkan pemerintah.
Sejak kudeta tersebut sejumlah tentara, hakim, jurnalis, petugas medis dan pegawai negeri telah dipecat dan ditahan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran negara-negara Barat bahwa Erdogan memanfaatkan kejadian ini untuk memperkuat kekuasaannya.
Sementara itu, Turki menuduh pengikut ulama Muslim yang mengasingkan diri ke Amerika, Fethullah Gulen, sebagai pihak yang melakukan aksi kudeta. Sementara itu, Gulen menuduh balik Erdogan medalangi aksi tersebut dan menepis seluruh keterkaitan dengan aksi tersebut.
Otoritas Turki mengatakan pengikut Gullen menggunakan beberapa jenis aplikasi pesan instan melalui ponsel untuk berkomunikasi satu sama lain di tahun-tahun menjelang upaya kudeta dan badan intelijen Turki berhasil melacak puluhan ribu orang dari kelompok tersebut setelah berhasil membongkar program yang mereka gunakan.
Seorang pejabat senior Turki mengatakan badan intelijen negara tersebut telah mengidentifikasi sedikitnya 56.000 anggota jaringan Gulen yang aktif setelah mereka meretas aplikasi pesan instan yang tidak terlalu terkenal bernama ByLock yang mulai digunakan oleh kelompok tersebut pada 2014. Tahun ini, intelijen Turki berhasil memetakan jaringan mereka.
“Penilaian kami, sekitar 150,000 pengguna aktif menggunakan ByLock untuk berkomunikasi satu sama lain,” ujar pejabat Senior Turki.
Dia menambahkan bahwa kelompok tersebut juga menggunakan aplikasi lain bernama Eagle yang bisa disamarkan menjadi seperti aplikasi sejenis layaknya Whatsapp dan Tango.
“Kami menilai bahwa Tango digunakan untuk berbagi detail operasional juga selama perencanaan kudeta,” katanya.
Dia juga menyebutkan bahwa kelompok tersebut masih menggunakan Eagle.