Kabar24.com, JAKARTA— Sekitar satu dari enam penduduk Hong Kong menginginkan agar kota administrasi khusus di bawah kepemerintahan China tersebut merdeka kendati hanya sedikit yang percaya hal tersebut bisa terjadi.
Menurut poling yang dilaksanakan oleh universitas dan dirilis pada Minggu (24/7/2016), sekitar 17.4% penduduk mendukung agar Hong Kong merdeka dari pemerintahan China ketika perjanjian 50 tahun one country, two systems berakhir pada 2047 nanti.
Sementara itu, 22.9% responden survei yang dilaksanakan oleh The Chinese University of Hong Kong’s Center for Communication and Public Opinion Survey bersikap ambivalen. Sebanyak 57.6% lainnya dengan tegas menentang ide tersebut.
Hong Kong yang merupakan mantan jajahan Inggris, dikembalikan kepada China pada 1997 di bawah perjanjian yang memberikan pengawasan penuh kepada Beijing tetapi tetap menjanjikan kebebasan dan pemisahan hukum selama setidaknya 50 tahun.
Dalam dua tahun terakhir, ketegangan meningkat dan para aktivis mengatakan bahwa China gagal untuk mematuhi perjanjian, sementara negara tersebut menuduh bahwa para aktivis melakukan hal-hal di luar hukum.
Satu kelompok minoritas yang kecil tetapi vokal juga menyerukan kemerdekaan dari China dan telah menurunkan kandidat untuk pemilihan parlemen Hong Kong September nanti.
Namun pejabat kota menyebutkan kandidat yang tidak menandatangani pernyataan bahwa Hong Kong adalah mutlak bagian dari China serta mempromosikan kemerdekaan akan dianggap tidak memenuhi syarat.
Meskipun terdapat dukungan untuk merdeka dalam poling tersebut, hanya segelintir orang yang percaya hal itu bisa terjadi. Berdasarkan poling tersebut, hanya 4% responden yang percaya hal tersebut bisa terealisasi.
Poling tersebut dilaksanakan melalu telepon dengan 1.000 orang responden berbahasa Kanton berusia 15 dan lebih pada 6-15 Juli.