Kabar24.com, JAKARTA -- Ketua Senior Officials' Meeting on Transnational Crime yang juga Kabareskrim Komjen Pol. Ari Dono Sukmanto mensinyalir indikasi potensi bentuk kerawanan kejahatan masa depan lainnya di Indonesia.
Indonesia dinilai semakin rentan dijadikan sasaran sindikat internasional pelaku kejahatan cyber akibat kebijakan kemudahan visa on arrival.
"Untuk itu, kerjasama pencegahan hingga penindakan atas kejahatan ini sudah saatnya terus dinaikkan levelnya yaitu dengan melibatkan juga pihak swasta, mereka juga yang paling sering diserang oleh para pelaku cyber crime," katanya di Forum on The Future of Cybercrime dalam konfernsi RSA Singapura seperti disampaikan dalam keterangan tertulis, Rabu (20/7/2016).
Harus diakui, kata Ari, pihak swasta memang lebih pakar dalam hal pendeteksian dan telah mengajarkan kita semua bagaimana menghabiskan sumber daya untuk melindungi diri dari bahaya kejahatan cyber dan sekaligus mereka juga pihak yang cukup besar memegang informasi.
"Semua karena pelaku kejahatan itu tetap manusia, aktor-aktor ini yang harus dicegah hingga ditindak berdasarkan kerja bersama," ujar Ari.
Selain itu dia mengakui jumlah forensic digital laboratorium yang saat ini masih terbatas dan memerlukan upgrading sehubungan upaya menanggulangi kejahatan cyber.
Ke depan, sambung Ari, Indonesia berencana mendirikan forensic digital laboratorium di 31 Polda seluruh Indonesia. "Tentunya ini akan menambah kepercayaan diri bahwa Indonesia bersama negara di kawasan Asia Pasifik akan mampu mencegah berbagai kejahatan dari dunia maya," ungkapnya.
Saat ini tengah digelar Konferensi RSA di Singapura. Konferensi itu merupakan salah satu konferensi berbasis keamanan (cryptography) yang menjadi salah satu elemen penting berkomunikasi di era tekhnologi.
Konferensi ini dibuka oleh Menteri Senior dari Kementerian Dalam Negeri Singapura, Mr. Desmond Lee. Dihadiri oleh berbagai macam vendor komunikasi, selain juga dari aparat keamanan dari belahan dunia.
Konferensi digelar sejak 20 Juli hingga 22 Juli 2016. Perwakilan dari Indonesia khusus menghelat projek dalam penanganan kejahatan dunia maya yaitu A Framework for Capacity Building Against Cybercrime in ASEAN: Set Up of Cybercrime Forensic Capability.