Kabar24.com,JAKARTA - Para pemimpin dunia memperingatkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Minggu (18/7/2016) agar tidak menjadikan kudeta sebagai alasan untuk menggunakan kukuasaan penuh guna melakukan apapun yang dia inginkan.
Saat ni mencuat kekhawatarian bahwa dia mungkin menjadikan kudeta sebagai dalil untuk mengkonsolidasikan kekuasaan.
Selama akhir pekan, Erdogan seperti dilaporkan dari telegraph.co.uk bergerak cepat untuk mengumpulkan musuh-musuhnya dan menahan lebih dari 6.000 tentara termasuk pemimpin senior militer dan hakim yang diduga terlibat [dalam kudeta].
Banyak sekali tentara yang telah ditahan bahkan prajurit dengan pangkat lebih rendah telah terkunci di sekolah-sekolah dan gimnasium di ibu kota, Ankara.
Dengan adanya potensi terjadinya tindakan keras guna menghadapi perbedaan pendapat, sejumah politisi Eropa memperingatkan Erdogan bahwa adanya upaya kudeta tidak berarti dia bisa mengabaikan aturan hukum
Erdogan mengisyaratkan bahwa dia mungkin akan memberlakukan kembali hukuman mati yang sebelumnya sudah dihapuskan oleh negara tersebut pada 2004 lalu seiring usaha untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Guenther Oettinger, Komisioner Eropa mengatakan Erdogan akan menjauhkan Turki dari nilai-nilai inti yang dianut oleh Uni Eropa dan aliansi pertahanan NATO jika dia menggunakan kudeta sebagai alasan untuk membatasi hak-hak demokratis dasar secara lebih jauh lagi. Turki telah menjadi anggota penting NATO dalam peperangan melawan ISIL.
“Dia akan memperkuat posisinya di dalam negeri tetapi hal ini akan membuatnya terisolasi dari dunia internasional,” katanya memperingatkan Erdogan seperti dikutip dari telegraph.co.uk, Senin (18/7/2016).
Sementara itu, Presiden Amerika Barack Obama menyampaikan rasa prihatinnya atas gambar yang menunjukkan perlakuan kasar atas beberapa kelompok kudeta yang tertangkap. Beberapa di antara mereka tampak tanpa pakaian dan diborgol dengan tangan berada di belakang punggung.
Namun, Erdogan merespons dengan nada keras pada Minggu (17/7/2016) dengan mengatakan pendukungnya menghadiri pemakaman dari loyalis yang tewas pada Jumat malam (15/7/2016) dan dia akan membersihkan seluruh badan-badan di negara tersebut dari virus.
Dia mengatakan Turki akan meminta perintah ekstradisi untuk Fethullah Gulen, seorang ulama Islam dan musuh lama presiden yang saat ini tinggal di pengasingan di Amerika Serikat agar dia bisa diadili di Ankara.