Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah Venezuela menyita dan mengambil alih sebuah pabrik tisu dan popok milik perusahaan Amerika Serikat, Kimberly-Clark.
Perusahaan terpaksa menghentikan operasional di Venezuela lantaran tidak lagi bisa memperoleh bahan baku. Konsekuensinya, pabrik pun ditutup.
Akan tetapi, Menteri Tenaga Kerja Venezuela, Oswaldo Vera, mengatakan penutupan pabrik itu ilegal dan dibuka kembali “melalui tangan para pekerja”. Vera mengklaim ada hampir 1.000 pekerja memintanya untuk memulai kembali produksi.
“Kimberly-Clark akan melanjutkan produksi, kini melalui tangan para pekerja. Kami baru saja menyalakan mesin pertama,” kata Vera.
Menanggapi langkah tersebut, perusahaan Kimberly-Clark mengeluarkan pernyataannya sebagimana dikutip BBC.co.uk, Selasa (12/7/2016).
“Jika pemerintah Venezuela mengambil kendali fasilitas dan operasional Kimberly-Clark, mereka akan bertanggung jawab atas kesejahteraan para pekerja dan keberlangsungan aset fisik, peralatan, dan mesin-mesin.”
Sepanjang akhir pekan lalu, sejumlah perusahaan multinasional telah menutup atau mengurangi kinerja mereka di Venezuela dengan alasan kendali mata uang yang ketat, kekurangan bahan baku, dan inflasi yang menjulang.
Perusahaan yang mengurangi operasionalnya antara lain, General Mills dan Procter & Gamble.
Demontrasi memprotes kekurangan bahan pokok menjadi pemandangan sehari-sehari di Venezuela selama beberapa bulan terakhir.
Presiden Nicolas Maduro sebelumnya mengancam para pemilik pabrik akan dipenjara jika menghentikan produksi.
Namun, kubu oposisi menyalahkan Maduro atas ketidakbecusannya menangani ekonomi Venezuela dan berupaya menggelar referendum untuk melengserkannya.