Kabar24.com, MANILA— Rodrigo Duterte disumpah sebagai Presiden Filipina ke 16 pada Kamis (30/1/2016).
Setelah memberi sumpah di istana Presiden di Manila, dengan satu tangan di atas kitab suci, Duterte menyampaikan pidato singkat yang berisi janjinya bahwa dia akan tanpa henti dan dengan berkelanjutan memerangi korupsi, kriminalitas dan obat-obatan terlarang.
Namun, dia mengatakan hal ini hanyalah gejala penyakit sosial ganas yang merasuk kedalam moral masyarakat.
“Saya melihat terkikisnya kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin negara kita, terkikisnya keyakinan atas sistem peradilan kita, terkikisnya rasa yakin akan kapasitas pegawai negeri kita untuk membantu hidup masyarakat menjadi lebih baik, lebih aman dan lebih sehat,” katanya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (3-/6/2016).
Mantan Presiden Benigno Aquino membawa negara tersebut kepada pertumbuhan rata-rata tahunan 6.3% dalam kepemerintahannya yang berlangsung selama enam tahun. Pertumbuhan ini menjadi yang tercepat dfi antara lima negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Duterte mengatakan dia akan menyampaikan kebijakan politiknya kemudian, tetapi beberapa pihak sudah khawatair pembangkangannya atas konvensi bisa membahayakan kesehatan negara.
Dalam kampanyenya selama pemilu, Duterte mencemooh elit politik negara yang gagal mengatasi kemiskian dan ketimpangan bahkan ketika ekonomi negara tersebut sedang begitu baiknya.
Hampir keseluruhan kampanyenya berfokus pada insiden pembunuhan, pemerkosaan, obat-obatan terlarang, dan korupsi.
Filipina terkenal dengan kelompok militan Abu Sayyaf yang kerap melakukan kekerasan, penculikan dan pemerasan. Berdasarkan catatan Bisnis.com, baru-baru ini, tujuh WNI kembali diculik oleh dua kelompok berbeda di Filipina setelah sebelumnya menculik 14 kru kapal Indonesia dalam dua kejadian berbeda.
Duterte sempat menyebutkan bahwa akan ada saatnya dia menumpas militan Abu Sayyaf.