Bisnis.com, YEREVAN - Keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa sangat disesalkan tapi harus dihormati, dan Uni Eropa membutuhkan sikap tunggal terkait hubungan masa depan dengan London, kata Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier, Rabu (29/6/2016).
"Kita harus menghormati pilihan (Inggris)," kata Steinmeier dalam konferensi pers di ibukota Armenia, Yerevan, persinggahan pertamanya dalam tur tiga hari di negara-negara Kaukasus Selatan.
"Saya harap kita tidak akan jatuh ke dalam proses ketidakpercayaan yang panjang..." katanya. Ia menambahkan bahwa semua anggota Uni Eropa harus menyetujui sikap bersama.
Sementara hampir semua hasil pemungutan suara sudah dihitung, lebih dari 17 juta warga memilih Inggris mencabut keanggotaan di EU.
Sekitar 16 juta lainnya memilih tetap menjadi bagian dari Uni Eropa. Hasil resmi dikutip dari media lokal.
Inggris menjadi negara pertama yang keluar dalam sejarah 60 tahun keberadaan kelompok Eropa itu.
Inggris, yang mulai bergabung dengan Komunitas Ekonomi Eropa pada 1973, memang selalu mempunyai hubungan ambivalen dengan blok tersebut. Meski mendukung perdagangan bebas dan ekspansi keanggotaan ke Eropa timur, mereka menolak menggunakan mata uang euro maupun bergabung dalam zona bebas Schengen.
Hasil referendum menunjukkan perpecahan yang mendalam di masyarakat Inggris. Pendukung Brexit merupakan jutaan warga yang merasa ketinggalan dalam globalisasi dan tidak mendapat keuntungan dari ekonomi pasar bebas.
Seorang anggota parlemen Inggris yang pro-Uni Eropa bahkan tewas akibat ditembak oleh pelaku yang meneriakkan "Mati bagi para pengkhianat, kebebasan untuk Inggris" dalam pengadilan.
Pada akhirnya, kekhawatiran akan migrasi yang tidak terkontrol dan kedaulatan menang melawan peringatan akan dampak buruk terhadap ekonomi jika Inggris keluar dari Eropa.
PASCA BREXIT: Keputusan Inggris Harus Dihormati
Keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa sangat disesalkan tapi harus dihormati, dan Uni Eropa membutuhkan sikap tunggal terkait hubungan masa depan dengan London, kata Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier, Rabu (29/6/2016).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 hari yang lalu