Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DAMPAK BREXIT: Uni Eropa Dikritik. 4 Negara Eropa Tengah Segera Tentukan Sikap

Pilihan rakyat Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa menunjukkan bahwa Brussel harus mendengarkan suara rakyat dan memberikan jawaban yang tepat untuk masalah penting seperti migrasi, kata Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban.
Tentara Belgia mengamankan markas besar Uni Eropa di Brussels. Bendera Inggris Union Jack nampak berkibar di sebelah bendera Uni Eropa menjelang kunjungan PM Inggris David Cameron ke Belgia (29/1/2016)./ Reuters-Francois Lenoir
Tentara Belgia mengamankan markas besar Uni Eropa di Brussels. Bendera Inggris Union Jack nampak berkibar di sebelah bendera Uni Eropa menjelang kunjungan PM Inggris David Cameron ke Belgia (29/1/2016)./ Reuters-Francois Lenoir

Kabar24.com, BUDAPERS - Hasil referendum Inggris memantik kritik untuk organisasi Uni Eropa, salah satunya dari Hongaria.

Pilihan rakyat Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa menunjukkan bahwa Brussel harus mendengarkan suara rakyat dan memberikan jawaban yang tepat untuk masalah penting seperti migrasi, kata Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, Jumat (24/6/2016).

Orban mengatakan kepada radio publik bahwa masalah migrasi memiliki peran kunci dalam debat rakyat Inggris menjelang referendum Kamis.

"Brussel harus mendengar suara rakyat, ini adalah pelajaran terbesar dari keputusan ini," kata Orban.

Orban mengatakan rakyat Inggris tidak puas dengan kebijakan yang diambil Uni Eropa terkait krisis migrasi.

"Mengapa Hongaria bergabung dengan Uni Eropa? Hongaria bergabung dalam Uni Eropa karena kami percaya pada Eropa yang kuat," tambah Orban.

"Tapi Eropa yang kuat hanya akan terwujud jika dapat memberikan jawaban terhadap isu-isu utama seperti imigrasi, yang akan memperkuat Eropa sendiri dan tidak melemahkannya. Uni Eropa gagal memberikan jawaban tersebut. "

Orban mengatakan mayoritas warga Inggris telah menafsirkan reaksi Uni Eropa terhadap krisis migrasi sebagai suatu hal yang akan melemahkan Eropa.

Dia menambahkan bahwa negara-negara Visegrad di Eropa Tengah akan segera membahas tentang keputusan rakyat Inggris.

Kelompok Visegrad  adalah aliasni 4 negara eropa tengah yang terdiri dari Republik Ceko, Hungaria, Polandia, dan Slovakia.

Ketika ditanya apa yang akan terjadi terhadap ratusan ribu rakyat Hongaria yang bekerja di Inggris, Orban mengatakan solusi yang paling mungkin adalah Inggris menandatangani kesepakatan dengan Uni Eropa yang menyebutkan bahwa masalah tersebut akan ditangani.

Hasil jajak pendapat atau referendum memastikan Inggris keluar dari Uni Eropa. Dengan demikian, Inggris menjadi negara pertama yang meninggalkan Uni Eropa sejak negeri Ratu Elizabeth II ini bergabung pada 1973, kala itu masih bernama EEC (European Economic Community).

Menurut laman BBC, Jumat, proses pemisahan Inggris dari Uni Eropa bisa memakan waktu minimal dua tahun.

Selain itu, Perdana Menteri David Cameron harus memutuskan menggunakan Pasal 50 Perjanjian Lisbon, yang akan memberikan waktu dua tahun bagi Inggris untuk bernegosiasi.

Pasal 50 juga menyebutkan bahwa suatu negara tidak dapat bergabung kembali ke dalam Uni Eropa tanpa persetujuan dari semua negara anggota.

Namun, bagi kelompok pro-Brexit, Boris Johnson dan Michael Gove, Cameron tidak perlu terburu-buru untuk memutuskan. Mereka justru ingin adanya perubahan sesegera mungkin sebelum Inggris benar-benar meninggalkan Uni Eropa.

Pemerintah juga diminta bernegosiasi dengan Uni Eropa soal hubungan perdagangan di masa depan serta memperbaiki kerja sama perdagangan dengan negara-negara non-Uni Eropa.

Sementara itu, pasar finansial dunia turun seiring hasil referendum Inggris untuk keluar dari Uni Eropa, dengan 51,9% lebih banyak warga Inggris yang memilih keluar dari Uni Eropa.

Mata uang sterling menderita penurunan terbesar hingga 10% terhadap dolar AS, posisi terendah sepanjang 31 tahun terakhir. Penurunan itu mengekspresikan ketakutan masyarakat akan dampak keputusan keluar Inggris dari Uni Eropa pada perekonomian terbesar kelima dunia tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper