Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hebat, Mahasiswa ITS Bikin Sandal Tunanetra

Sedikitnya ada lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya merancang sandal untuk tunanetra dengan menggunakan teknologi aplikasi Android.
Sandal tunanetra/Istimewa
Sandal tunanetra/Istimewa

Kabar24.com, SURABAYA – Sedikitnya ada lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya merancang sandal untuk tunanetra dengan menggunakan teknologi aplikasi Android.

Sandal tunanetra yang diberi nama ‘Santun’ itu dirancang untuk membantu penyandang tunanetra agar bisa beraktivitas tanpa bantuan orang lain. Karya itu termasuk dalam program kreativitas mahasiswa (PKM) yang dibiayai oleh Kemeristek Dikti.

Ketua Tim, Ade Hasanah mengatakan sandal tersebut sebagai alat pengganti tongkat dalam membantu penyandang tunanetra berjalan atau melakukan aktivitas.

Rancangan sandal ini mengadopsi sandal serupa di Inda, tetapi alasnya terbuat dari bahan karet dan berhak tinggi. Tujuannya agar bagian bawah sandal bisa dilubangi untuk memuat sensor dan mikrokontroler.
 
“Kami memang tidak membuat sandal sendiri, tapi kami beli sandal yang sudah ada di pasaran, lalu kami lubangi untuk meletakkan sensor dan mikrokontroler sekaligus bluetooth, serta baterai berukuran kecil sebagai pemasok energy,” katanya seperti dikutip dalam siaran pers, Selasa (21/6/2016).
 
Adapun pada bagian kiri dan kanan di letakkan sensor jarak tipe HC-SR04 yang bisa mendeteksi rintangan hingga jarak 5 meter. Sensor ini akan memberi tahu pengguna lewat suara untuk berhati-hati  jika di kiri atau kanan terdapat rintangan.
 
Bunyi tersebut bisa didengar pengguna melalui handsfree di telinga yang telah terhubung dengan bluetooth pada smartphone  berbasisi Andrioid.
 
Melalui suara itulah pengguna akan mengatahui ada tidaknya rintangan baik di kiri, kanan, dan depan. Jika ada rintangan di kanan atau dikiri, misalnya, sandal melalui sensor akan berbunyi ‘awas kanan’ atau ‘awas kiri’. Biaya yang dibutuhkan untuk sepasang sandal itu kurang dari Rp1 juta.
 
“Rancangan awal ini masih harus terus dikembangkan, sehingga jika diproduksi dalam skala industri atau pabrikasi bisa lebih murah dan terjangkau. Fitur suara lainnya juga bisa ditambah dalam data base  yang tersimpan dalam mikrokontoler,” imbuh Ade.

Ade Ria mengakui, idenya ini bukan sesuatu yang baru, tapi mengembangkan apa yang sudah ada seperti di India. Hanya saja, rancangan yang di India hanya mampu mendeteksi jarak dalam ukuran sentimeter, sementara rancangan timnya maksimal hingga lima meter.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper