Kabar24.com, SINGAPURA - Keamanan cyber menjadi salah satu isu yang dibahas dalam diskusi Konferensi Keamanan Tingkat Tinggi Asia seiring usaha untuk meningkatkan koordinasi di tengah meningkatnya tindakan peretasan.
Khawatir dengan terjadinya pencurian senilai US$81 juta dari bank sentral Bangladesh pada Februari lalu, yang merupakan salah satu perampokan melalui dunia maya yang terbesar, keamanan cyber dimasukkan sebagai salah satu topik utama dalam diskusi tahunan Shangri-La Dialogue.
Untuk pertama kalinya dialog tersebut mengalokasikan satu dari enam sesi khususnya untuk membahas keamanan cyber.
“Ini adalah indikasi bahwa dunia cyber telah menjelma dari sekadar ancaman logis mejadi ancaman fisik,” kata William Saito, penasihat khusus kabinet Jepang untuk Strategi IT seperti dikutip dari Reuters, Senin (6/6/2016).
Menurutnya, untuk Jepang, menjaga infrastruktur penting sangatlah krusial, terutama karena negara tersebut menjadi tuan rumah untuk Olimpiade pada 2020 nanti dan keamanan cyber merupakan bagian penting dari perhelatan tersebut.
Sementara itu, pembangun sistem pertahanan cyber lintas negara terhambat oleh perbedaan antarnegara dan kurangnya kepercayaan satu sama lain. Misalnya, negara-negara barat terfokus pada penjagaan infrastruktur dunia maya sementara China dan Rusia lebih khawatir mengenai isi konten.
Belum lagi adanya upaya negara yang saling bertentangan untuk menggunakan teknik cyber guna melakukan spionase yang berpotensi mengarah pada sabotase.