Bisnis.com, JAKARTA— Presiden terpilih Filipina Rodrigo Duterte meminta maaf kepada Perdana Menteri Kanada terkait pemenggalan seorang warga Kanada oleh kelompok militan dan berkata akan mencoba agar hal serupa tidak terjadi lagi.
Duterte, 71, belum dinyatakan secara resmi sebagai pemenang dalam pemilu 9 Mei lalu, tetapi penghitungan suara resmi menunjukkan bahwa dia mendapat sekitar 6 juta suara.
“Terimalah permintaan maaf saya atas insiden yang menyebabkan tewasnya warga negara Anda,” kata Duterte kepada Perdana Menteri Justin Trudeau yang mengucapkan selamat atas kemenangannya, seperti dikutip Reuters, Kamis (26/5/2016).
Sorang warga negara Kanada John Ridsdel yang merupakan mantan eksekutif pertambangan dipenggal oleh militan Abu Sayyaf di Jolo pada 25 April. Trudeau menyebut peristiwa tersebut sebagai aksi pembunuh berdarah dingin.
Seorang warga Kanada lainnya berikut seorang warga Norwegia dan seorang wanita asal Filipina masih disandera oleh militan yang terkait dengan jaringan Al-Qaeda tersebut delapan bulan setelah mereka diculik dari sebuah resor kelas atas dekat Davao City di mana Duterte sebelumnya menjadi wali kota selama dua dekade.
Pihak Abu Sayyaf memberi waktu bagi pemerintah dan keluarga warga Kanada dan Filipina yang disandera hingga 13 Juni pukul 03.00 sore untuk menyerahkan tebusan sejumlah 300 peso (US$6,43 juta).
Abu Sayyaf juga menahan warga negara lain termasuk beberapa warga negara Belanda, seorang warga Jepang dan empat kru kapal pandu Malaysia. Sebelumnya, empat belas orang warga negara Indonesia yang disandera dalam dua insiden berbeda telah dibebaskan.