Kabar24.com, WASHINGTON— Meskipun Trump berjanji akan mempersatukan partai Republik menjelang penobatannya sebagai calon Presiden dari partai tersebut, partai itu sepertinya masih terpecah belah.
Para pemimpin terkemuka Partai Republik seperti Paul Ryan terlihat menjaga jarak dengan Trump setelah sang miliuner mencetuskan usulan untuk melarang umat Muslim memasuki Amerika Serikat.
Ryan yang memperoleh suara terbanyak dari Partai Republik dalam hal kebijakan anggaran selama bertahun-tahun serta merupakan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat telah mengusulkan serangkaian anggaran yang akan berujung pada pemotongan pajak.
Trump juga mengeluarkan usulan tarif impor baru untuk barang-barang dari China dan Meksiko yang bertentangan dengan kebijakan perdagangan Ryan dan sejumlah anggota partai Republik yang pro terhadap kelangsungan bisnis.
Ryan yang akan memimpin konvesi pada 18-21 Juli di Cleveland, di mana Partai Republik akan secara resmi menobatkan calon presidennya, mengatakan pada pekan lalu bahwa ia berharap bisa mendukung Trump pada akhirnya.
“Hanya saja belum sekarang,” katanya seperti dikutip dari Reuters, (9/5/2016).
Senator dari Arizona Jeff Flake juga belum memutuskan sikapnya mengenai Trump. Flake mengatakan bahwa ia ingin Trump merevisi beberapa kebijakannya termasuk mengenai pelarangan umat muslim memasuki Amerika.
“Dia harus memperhalus kebijakannya,” kata Flake.
Menanggapi tentang perpecahan di tubuh Partai Republik, Wakil Presiden dari partai Republik untuk pemilihan pada 2008 yang juga merupakan pendukung Trump, Sarah Palin mengkritisi Ryan karena gagal mendukung Trump.
Sementara, itu, Hillary Clinton berharap dia bisa mengambil keuntungan dari sikap Partai Republik mengenai Trump. Dia berharap bisa menarik dukungan dari para pembelot partai Republik.
“Saya mengundang untuk datang dan bergabung dalam kampanye ini dan belakangan ini, banyak pihak dari partai Republik yang mengatakan bahwa mereka tertarik untuk membicarakan hal ini,” katanya.