Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menyatakan pembebesan 10 sandera asal Indonesia yang disandera oleh militan Abu Sayyaf dilakukan berkat kerjasama berbagai pihak. Juru biacara Kementerian Luar Negeri Armanatha C. Nasir menyatakan, mereka tidak bisa menyebutkan satu persatu pihak yang terlibat.
Hanya saja, Armanatha menjelaskan peran pemerintah Philipina dan jaringan yang dimiliki oleh mereka sangat membantu proses pembebasan sandera tersebut.
"Banyak pihak, dari pemerintah Indonesia maupun dari Philipina. Ada juga dari sebuah yayasan yang memang memiliki jaringan di kelompok tersebut," ujar dia saat dihubungi Bisnis, Minggu (1/4).
Dia menambahkan, ke 10 sandera asal Indonesia itu diketahui dibebaskan oleh gerilyawan yang dikenal terafiliasi dengan kelompok Islamic State itu di depan kantor Gubernur bagian Sulu. Para korban kemudian dievakuasi menggunakan helikopter.
Meski tidak memaparkan secara terperinci soal proses pembebasan sandera tersebut. Namun pria yang kerap disapa Tata itu menjelaskan soal beberapa skenario pembebasan sandera itu.
"Ada yayasan yang mrmang dikenal memiliki jaringan di dalam kelompok tersebut. Peran dari pemerintah juga tak kalah besarnya," imbuh dia.
Selain yayasan, dia juga memaparkan soal kemungkinan peran pemerintah Philipina dalam proses pembebasan tersebut. Dia mengatakan, seperti yang diketahui pemerintah Phipina sedang membombardir posisi militan Abu Sayyaf. Tak hanya dari darat, kabarnya militer mereka juga mengerahkan pasukan udara untuk mempersempit ruang gerak gerilyawan yang suka berpindah-pindah tempat tersebut.
"Bisa saja mereka terdesak, kemudian melepaskan sanderanya. Kemungkinan itu bisa saja terjadi," imbuh dia.
Namun demikian, di tengah polemik soal siapa yang berhasil membebaslkan sandera tersebut. Armanatha menyatakan, yang paling penting saat ini adalah sandera sudah dibebaskan dalam keadaan selamat dan kemungkinan dalam waktu dekat sampai ke Indonesia.
"Sekarang mereka sudah diterbangkan dari Sulu ke Jakarta lewat jalur udara," imbuh dia.