Persaingan
Persaingan politik di London kali ini akan menyandingkan kompetisi antara anak sopir bis dan anak bilioner. Hal ini tak lain karena Zac Goldsmith (41) adalah anak dari keluarga kaya raya Inggris, yang bersekolah di Eton, seperti Pangeran William dan Perdana Menteri David Cameron.
Sebagai orang yang datang dengan latar belakang Muslim dan imigran, Sadiq mencatat justru London adalah kota terbaik untuk hidup sebagai seorang Muslim.
Di publikasi majalah politik berusia lebih dari 500 tahun, "The Spectator" (www.spectator.co.uk), dia menegaskan anak-anaknya sudah sangat tepat tumbuh besar di London karena "...hukum di sini melindungi mereka dari tindakan diskriminasi."
"Hukum di sini telah melindungi hak-hak saya bisa misalnya saya ingin berwudhu dan salat. Saya bisa memanjangkan janggut, dan bila istrinya memang berkehendak, dia bisa saja menggenakan hijab" tanpa harus mengalami diskriminasi atau intimidasi, ujar pria berambut putih tersebut.
"Kita harus menjelaskan kepada masyarakat di negara dengan mayoritas Muslim bahwa saya adalah representasi Barat, dan bila mereka membenci Barat, berarti mereka membenci saya," tambah dia.
Tapi "kartu agama" yang menjadi salah satu senjata politik sekaligus pencitraan Sadiq tidaklah elok bila terus-terusan diusung. Sebab pemilu bukan semata soal agama atau latar belakang kehidupan para kandidat.
Pemilih akan memilih siapa yang menawarkan program kerja terbaik, solusi paling realistis buat tumpukan masalah mereka.
London masih menghadapi persoalan angka pengangguran yang tinggi yaitu sekitar 6,3 persen, setara dengan 291.000 orang di Februari 2016 (www.data.london.gov.uk). Angka ini lebih buruk daripada kondisi nasional Inggris yaitu 5,1 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel