Kabar24.com, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengajak para pebisnis Inggris berinvestasi di Indonesia sebagai solusi di tengah perlambatan ekonomi global.
“Keep calm and invest in Indonesia. I repeat keep calm and invest in Indonesia,” kata Presiden dalam sambutannya di Forum Bisnis Indonesia-Inggris di Hotel Mandarin Oriental, London, Rabu (20/4) pagi waktu setempat.
Seperti dikutip kemlu.go.id, Kamis (21/4/2016), Indonesia, menurut Presiden, merupakan negara layak investasi.
Alasannya, di tengah perlambatan ekonomi, Indonesia masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.
“Kita mengalami pertumbuhan 5,04 di Kuarter IV tahun 2015. Saya yakin Indonesia telah mencapai kestabilan ekonomi,” katanya.
Jokowi mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dicapai dengan dua mesin pertumbuhan yaitu pembangunan infrastruktur dan investasi.
Sejak masa kepemimpinannya 18 bulan yang lalu, pemerintah telah meluncurkan berbagai pembangunan infrastruktur terbesar sepanjang sejarah Republik Indonesia.
“Anda bisa mengecek dari jurnalis Anda di Indonesia, dubes Anda di Jakarta. Saya percaya sebagian besar dari mereka terkejut dengan banyaknya infrastruktur yang sedang dibangun di Indonesia saat ini,” katanya.
Presiden mengungkapkan investasi sebagai mesin pertumbuhan kedua Indonesia juga stabil dan meningkat.
Guna meyakinkan pebisnis yang hadir di forum untuk berinvestasi, Presiden mengungkapkan bahwa Indonesia terus melakukan reformasi ekonomi dengan dua prinsip fundamental yaitu keterbukaan dan persaingan.
“Saya di sini untuk meyakinkan anda, bahwa kami akan terus melakukan reformasi, kita akan terus menyederhanakan perizinan, dan kita akan terus membuka ekonomi kita,” tegas Presiden.
Usai memberikan sambutan pada Pertemuan Bisnis Indonesia-Inggris, Presiden Jokowi melakukan one-on-one meeting masing-masing dengan Chairman Jardine Matheson Group, CEO British Petroleum, HSBC, dan Glaxo Smith Kline (GSK).
Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi didampingi oleh Seskab Pramono Anung, Mendag Thomas Lembong, Kepala BKPM Franky Sibarani, serta Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.