Kabar24.com, JAKARTA--Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkesan plin-plan ketika ditanya status Sunny Tanuwidjaja.
Setelah sebelumnya menyebut pria tersebut tak lebih sebatas anak magang Pemprov DKI, Ahok tak juga memberi pernyataan tegas bahwa Sunny merupakan salah satu staff khusus di Kantor Gubernur DKI.
"Ya kalau KPK [Komisi Pemberantasan Korupsi] mau bilang dia staff khusus, ya bisa saja orang ngomong gitu," ujarnya di Balai Kota DKI, Kamis (7/4/2016).
Dia menuturkan mengenal sosok peneliti lembaga riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS) tersebut sejak 2009. Kala itu, Sunny meminta dirinya menjadi pembicara untuk acara Labour Day di Amerika Serikat.
Setelah itu, lanjutnya, Sunny meminta Ahok untuk menjadi objek penelitiannya untuk mendapatkan gelar doktor dari Universitas Illinois, Amerika Serikat.
"Saya memang pernah minta tolong dia untuk membuatkan jadwal kalau mau ketemu teman-teman. Tapi dulu pas Pilgub 2012. Sekarang, saya punya tim sendiri. Dia gak masuk," jelasnya.
Mantan Bupati Belitung Timur tersebut juga menuturkan bahwa Sunny sering memonitor pergerakan politik dan pemberitaan terkait dirinya. Meski demikian, Sunny tak pernah ikut campur dalam penentuan kebijakan.
"Kerjaan dia selama ini cuma mantau-mantau aja. Memonitor keadaan. Termasuk di Teman Ahok. Saya gak tahu selebihnya apa yang dia lakukan," ungkapnya.
Nama Sunny mencuat lantaran disebut-sebut oleh Ketua Komisi D DPRD DKI Mochamad Sanusi, tersangka kasus dugaan suap terkait pembahasan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) dan Rencana Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantura Jakarta.
Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Sunny Tanuwidjaja dicegah bepergian ke luar negeri oleh KPK. Selain itu, penyidik KPK juga mencegah Direktur PT Agung Sedayu Group Richard Halim Kusuma.