Kabar24.com, JAKARTA—Alokasi belanja militer global mulai meningkat secara riil untuk pertama kalinya sejak Amerika Serikat memulai menarik tentaranya dari perang di Irak dan Afganistan.
Berdasarkan Stockholm International Peace Research Institute yang dikutip dari Bloomberg, Selasa (5/4/2016), anggaran pertahanan meningkat sebesar 1% menjadi US$1.68 triliun pada 2015 atau setara dengan 2.3% produk domestik bruto global.
Amerika Serikat merupakan negara yang mengalokasikan budget militer terbesar sekitar US$596 miliar, 2.4% lebih sedikit dari alokasi di tahun sebelumnya. Sementara itu, pengeluaran Cina untuk bidang kemiliterannya naik 7.4% menjadi US$215 miliar.
Kekhawatiran mengenai serangan Rusia di kawasan North Atlantic Treaty Organization (NATO) setelah terjadinya invasi atas Krimea dan peperangan di Ukraina Timur menyebabkan lonjakan alokasi kemiliteran di Eropa Timur.
Begitupula ambisis Cina akan Laut Cina Selatan memicu pembelian sejata oleh negara-negara di Asia Tenggara. “Anggaran dana pertahanan dilaporkan menurun sejak terjadinya krisis keuangan."
Beberapa negara dengan anggaran militer terbesar seperti Inggris, Prancis, dan Jerman merevisi alokasi dananya dengan alasan program penghematan.
"Namun, paska terjadinya teror November di Paris dan perluasan kampanye melawan Negara Islam, negara-negara tersebut berencana sedikit meningkatkan anggaran militernya di 2016,” Ujar Sam Perlo-Freeman, sang penulis laporan.