Bisnis.com, JAKARTA - Srengseng Sawah nama kawasan yang merupakan suatu kelurahan di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, yang hingga 1930-an menjadi bagian dari wilayah Distrik (Kawedanan) Kebayoran.
Mengenai asal usul nama Srengseng Sawah dijelaskan oleh Zaenuddin HM, dalam bukunya “212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe,” setebal 377 halaman, yang diterbitkan Ufuk Press pada Oktober 2012.
Asal usul nama Srengseng Sawah didasarkan pada sejarahnya, bahwa semula nama itu disebut Srengseng saja, tanpa kata Sawah di belakangnya. Sebab, dahulu orang-orang Belanda VOC menyebutnya Sringsing, tanpa kata sawah.
Lantaran banyak dibuka persawahan, maka kemudian disebut Srengseng Sawah. Atau mungkin juga untuk membedakannya dengan nama Srengseng di Jakarta Barat, yang juga merupakan nama kelurahan di Kecamatan Kebon Jeruk.
Srengseng diambil dari nama semacam tanaman pandan berdaun lebar yang pinggirnya berduri-duri (Pandanus Caricosus Rmph), termasuk famili Pandaneseae, yang daunnya biasa dianyam menjadi tikar atau topi kasar.
Hingga meletus Perang Dunia ke-2, produksi tikar dan topi pandan dari kawasan itu mempunyai nilai ekonomis cukup berarti, hingga dipasarkan ke berbagai daerah lain, termasuk ke luar Pulau Jawa.
Sampai dengan tahun 1970-an masih banyak penduduk asli Srengseng Sawah dan sekitarnya yang mebuat tikar dan topi pandan sebagai usaha sampingan.
Namun, juga disebutkan bahwa pada 1674 kawasan Srengseng Sawah tercatat sebagai milik Karim, anak seorang bekas kapten Jawa, bernama Citragladak.
Kemudian, jatuh ke tangan Cornelis Chalestein, tuan tanah kaya raya yang antara lain memiliki tanah partikelir Depok. Demikianlah asal usul nama Srengseng Sawah.