Tantangan
Dalam aksinya, pemain barongsai terbiasa berhadapan dengan berbagai risiko. Namun, latihan rutin membuat risiko bisa diminimalisasi.
Sebagai pemain yang melakonkan kepala barongsai dari Kelompok Kong Ha Hong, Roni Yuwono mengungkapkan keseimbangan menjadi poin penting dalam setiap pertunjukan, terutama saat berakrobat di luar gedung. Setiap kali tampil, lelaki yang sudah 11 tahun menggeluti barongsai ini bermain sekitar 15 menit. Durasi itu sudah sangat maksimal. Pasalnya, kata Roni, di dalam barongsai sangat panas dan pengap. Jika lebih dari itu, dapat berakibat fatal bagi pemain.
Kekuatan pemain sudah lemah dan nafas sudah tersengal saat memasuki menit ke-15. Dalam kondisi lelah tersebut, pemain mudah kehilangan konsetrasi sehingga dapat terjatuh dan terjadi kecelakaan.
“Saya pernah keseleo karena terjatuh dari tiang besi setinggi 2,5 meter karena miskomunikasi dengan ekor barongsai.”
Risiko lainnya yang kerap dialami oleh para pemain barongsai, di antaranya adalah kemungkinan patah tulang dan tulang retak akibat benturan besi. Selain latihan rutin, agar permainan barongsai bisa maksimal, antara pelakon kepala dan ekor harus selalu berpasangan minimal tiga tahun. Dalam 2 tahun pertama, biasanya dihabiskan untuk proses adaptasi pemain agar tidak terjadi miskomunikasi ketika tampil.
Pemain kepala barongsai dari Kelompok Kong Ha Hong Andry Wijaya pernah gegar otak dan patah kaki hingga perlu dipasang tiga pen akibat miskomunikasi dengan ekor barongsai.
“Barongsai mempersatukan semua etnis dan agama. Ada yang beragama Islam, Katolik, semua berbaur. Kami di sini sudah seperti keluarga. Ini yang menyebabkan saya pantang menyerah.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
.jpg?w=300&h=221)
