Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

80 Peritel di Surabaya Siap Terapkan Plastik Berbayar

Sebanyak 80 peritel moderen di Surabaya siap menerapkan kantung plastik berbayar mulai 21 Februari sekalipun perintah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu sejauh ini belum ditindaklanjuti oleh peraturan daerah. n
Konsumen memadati pusat perbelanjaan produk ritel/Bisnis
Konsumen memadati pusat perbelanjaan produk ritel/Bisnis

Bisnis.com, SURABAYA - Sebanyak 80 peritel moderen di Surabaya siap menerapkan kantung plastik berbayar mulai 21 Februari sekalipun perintah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu sejauh ini belum ditindaklanjuti oleh peraturan daerah.

Jumlah itu sebagian dari peritel moderen di Kota Pahlawan yang sekitar 200 toko. Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel (Aprindo) Jatim Donny Kurniawan mengatakan beberapa minimarket, seperti Indomaret dan Alfamart, siap menerapkan plastik berbayar. Peritel, tutur dia, akan menjual sekitar Rp500 per kantung.

"Memang belum disepakati di antara peritel di sini, tetapi teman-teman menyuarakan agar jangan lebih dari Rp1.000 per kantung," katanya kepada Bisnis.com, Rabu (20/1/2016).

Angka dipatok berdasarkan perhitungan 1% dari rata-rata belanja konsumen senilai Rp60.000-Rp70.000 setiap kali belanja.

Donny sesungguhnya tak yakin seluruh masyarakat Surabaya sadar akan 'diet' plastik, Menurutnya, waktu yang ideal untuk sosialisasi sebetulnya minimal enam bulan, disertai dengan peraturan daerah sebagai penguat.

Surabaya sebenarnya sudah memiliki Perda No 5/2014 yang mengatur pengelolaan sampah dan kebersihan kota. Namun, regulasi itu tak mengatur kewajiban peritel membanderol harga kantung plastik.

Padahal, kebijakan itu bakal diterapkan KLHK mulai 21 Februari, bersamaan dengan Hari Peduli Sampah Nasional, serentak di 17 kota, termasuk Surabaya.

"Jujur, kami membayangkan kebijakan ini akan diprotes konsumen. Kami perlu peraturan yang bisa menjadi cantolan. Tapi ya dicoba dulu," ungkap Donny.

Bahkan, imbuh dia, Aprindo Jatim memiliki ide mengalokasikan sebagian hasil penjualan plastik ke KLHK untuk dana riset dan pengembangan, termasuk soal kemasan ramah lingkungan.

"Tidak masalah, toh selama ini biaya pembelian plastik tidak seberapa dari biaya produksi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper