Kabar24.com, SAMARINDA - Lubang bekas tambang batu bara di Samarinda, Kalimantan Timur kembali menelan korban yakni seorang siswa sekolah menengah kejuruan (SMK).
Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim Merah Johansyah membenarkan tenggelamnya seorang siswa SMK 1 Kecamatan Sanga-sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara di sebuah lubang bekas tambang batu bara di Kecamatan Palaran, Samarinda.
"Korban atas nama Koko Handoko berusia 16 tahun warga RT 14, Kelurahan Bentuas, Palaran itu, dinyatakan hilang dan tenggelam saat berenang dengan teman-temannya di lubang bekas tambang di Kecamatan Palaran, Selasa sore (8/12) sekitar pukul 17.00 Wita," ujar Merah Johansyah yang dihubungi dari Samarinda, Rabu (9/12/2015) dinihari.
"Ini merupakan korban ke-13, anak yang tenggelam di lubang bekas tambang batu bara di Kota Samarinda sejak 2011 sampai 2015 dan sejauh ini kami belum melihat adanya perhatian dan keprihatinan dari pemerintah," katanya.
Pencarian terhadap siswa SMK 1 Sanga-sanga yang hilang akibat tenggelam di lubang bekas tambang batu bara itu, lanjutnya terkendala tidak adanya tim SAR yang memiliki lisensi penyelam.
"Hingga Rabu dinihari, upaya pencarian masih terus dilakukan, tetapi karena tidak ada tim SAR yang memiliki lisensi penyelam sehingga pencarian tidak bisa masksimal. Pencarian hanya dilakukan oleh relawan lokal dan masyarakat namun belum membuahkan hasil," ujarnya.
"Kami juga sudah berusaha menghubungi pihak kepolisian, khususnya Brimob yang memiliki peralatan penyelaman, tetapi karena mereka tengah fokus pada pengamanan pemungutan suara pemilihan wali kota dan wakil wali kota, sehingga upaya pencarian terpaksa dihentikan," katanya.
Semestinya, Pemerintah Kota Samarinda dan Pemerintah Provinsi Kaltim menginstruksikan kepada pihak terkait untuk membantu melakukan pencarian terhadap korban.
"Ini menyangkut nyawa tetapi kami tidak melihat adanya kepedulian, baik Pemerintah Kota Samarinda maupun Pemerintah Provinsi Kaltim terhadap anak-anak yang telah menjadi korban keganasan lubang bekas tambang batu bara itu," katanya.
Pemerintah Kota Samarinda lanjut Merah Johansyah, seharusnya sudah menutup lubang-lubang bekas tambang itu, karena sudah banyak merenggut jiwa anak-anak.
"Seharusnya sebelum ada korban, lubang-lubang bekas tambang tersebut sudah ditutup namun sampai sekarang, hingga sudah 13 anak menjadi korban, kami belum melihat adanya kepedulian pemerintah," ujarnya.
Sebelumnya, yakni pada 18 November 2015, lubang bekas tambang batu bara yang terletak di Jalan Karang Mulya, RT 17, Lok Bahu, Samarinda, kembali menelan korban jiwa.
Korban ke-12 tersebut yakni Aprillia Wulandari, siswi kelas 1 SMP Negeri 25 Samarinda.