Kabar24.com, DAMASKUS - Kelompok militan ISIS di Suriah mendapat gempuran udara yang diduga dilakukan pihak Rusia, Minggu (6/12) waktu setempat.
Peningkatan serangan udara terhadap posisi ISIS di Suriah tersebut kata beberapa pegiat HAM dan media lokal telah menewaskan dan melukai puluhan anggota kelompok itu.
Sementara itu Presiden Suriah Bashar al-Assad mengecam upaya antiteror Prancis dan Inggris sebagai kekurangan itikad dan visi untuk mengalahkan ISIS.
Beberapa pesawat tempur, yang diduga milik Rusia, melancarkan lebih dari 45 serangan udara terhadap posisi ISIS di Kota Kuno Palmyra di Suriah Tengah, sehingga menewaskan sejumlah orang, kata Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia.
Kelompok pengawas yang berpusat di Inggris tersebut menyatakan serangan udara itu ditambah dengan pertempuran darat antara tentara Suriah dan anggota ISIS di dekat Palmyra, yang diserbu oleh ISIS pada Mei lalu dan berada di pinggiran timur Provinsi Homs di Suriah Tengah.
Di ibu kota de fakto wilayah yang dikuasai ISIS di Suriah Utara, Ar-Raqqa, sebanyak 7 anggota ISIS tewas atau cedera ketika beberapa pesawat tempur --yang diduga milik koalisi anti-teror pimpinan AS-- menyerang posisi mereka di bagian timur dan utara Ar-Raqqa, kata Observatorium tersebut.
Sebanyak 15 ledakan keras akibat serangan udara itu, katanya, mengguncang posisi ISIS di Aq-Raqqa, demikian laporan Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Senin (7/12/2015).
Observatorium tersebut menambahkan serangan udara Suriah terhadap posisi gerilyawan di pinggiran timur Ibu Kota Suriah, Damaskus, menewaskan tak kurang dari 13 orang pada Ahad.
Sementara itu, kantor berita resmi Suriah, SANA, melaporkan pasukan Suriah --yang didukung serangan udara Rusia-- menewaskan sedikitnya 55 anggota ISIS dan gerilyawan lain dari kelompok yang menamakan diri Tentara Penaklukan dalam operasi terpisah militer di pinggiran Provinsi Hama di Suriah Tengah dan Provinsi Idblib di bagian barat-laut negeri tersebut.
Serangan udara terhadap ISIS telah ditingkatkan setelah serangan mematikan di Paris pada November, sehingga menewaskan lebih dari 120 orang ketika beberapa penyerang mengamuk di beberapa kabupaten.
Setelah serangan itu, yang diklaim oleh ISIS, Paris meningkatkan serangan udara terhadap posisi ISIS di Suriah. Dan Inggris baru-baru ini telah bergabung dengan koalisi antiteror pimpinan AS untuk menggempur ISIS di Suriah.
Jerman belakangan telah menyatakan negara tersebut juga akan memperluas perang melawan ISIS di Suriah.
Beberapa pejabat Suriah telah berulangkali memuji serangan udara Rusia sebagai efektif, dan pada saat yang sama menyampaikan keraguan mengenai koalisi pimpinan AS, terutama keterlibatan Prancis dan Inggris belakangan ini.
Di dalam wawancaranya baru-baru ini dengan harian Inggris, Sunday Times, Presiden Bashar al-Assad mengatakan, "Kami tahu sejak awal bahwa Inggris dan Prancis adalah pelopor dalam mendukung pelaku teror di Suriah, mulai awal sekali konflik ini."
Bashar menekankan bahwa "itu hanya sah ketika keikutsertaan tersebut melalui kerja sama dengan pemerintah yang sah di Suriah. Jadi, saya ingin mengatakan mereka (Prancis dan Inggris) tidak memiliki keinginan dan mereka tak memiliki visi mengenai cara mengalahkan aksi teror".
Presiden Suriah tersebut mengatakan sejak koaliai AS memulai operasinya setahun lalu, kelompok gerilyawan seperti ISIS dan Front An-Nusra, yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida, telah berkembang secara bebas. Ditambahkannya, setelah serangan udara Rusia dua bulan lalu, aksi kelompok itu mulai menyusut.
"Jenis operasi (serangan Prancis dan Inggris) ini seperti memotong kanker yang akan membuatnya menyebar di dalam tubuh dengan lebih cepat," kata Assad.