Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

COP 21: Media Dinilai Gagal Melihat Hubungan Perubahan Iklim & Krisis

Media papan atas di dunia dinilai gagal mengidentifikasi perubahan iklim sebagai kontributor beberapa krisis terbesar dunia, termasuk persoalan migrasi, kerawanan pangan dan konflik.
Perubahan iklim/evogreen.co.uk
Perubahan iklim/evogreen.co.uk

Kabar24.com, PARIS — Media papan atas di dunia dinilai gagal mengidentifikasi perubahan iklim sebagai kontributor beberapa krisis terbesar dunia, termasuk persoalan migrasi, kerawanan pangan dan konflik.
 
Kesimpulan itu diambil dalam hasil laporan International Fund for Agricultural Development (IFAD) yang dijabarkan dalam salah satu sesi di Conference of Parties (COP-21), Paris, pada Jumat (4/12/2015) sore.
 
Presiden IFAD, Kanayo F. Nwanze mengatakan media, lokal mapun global, merupakan institusi berpengaruh di dunia yang menyuarakan soal pentingnya perubahan iklim.
 
"Jika dunia sadar bagaimana perubahan iklim mengancam keamanan makanan kita atau mengapa [perubahan iklim] itu adalah katalis pada migrasi dan konflik, maka kita dapat mengharapkan dukungan yang lebih baik untuk kebijakan dan investasi yang dapat mendahului krisis di masa depan," katanya.

Laporan berjudul Food, Migration and Climate Change: The Untold Story itu adalah hasil penelitian pada September dan mencakup analisis delapan media populer dan sangat berpengaruh di Inggris dan Perancis, termasuk BBC, Channel 4, TF1, The Guardian, Daily Mail, Le Monde, Libération dan France 2.

Sang peneliti Sam Dubberley, seorang wartawan dan Direktur Kishnish Media Ltd., menjelaskan, penelitian dilakukan pada September agar pemberitaan itu belum terpengaruh oleh Konferensi Perubahan Iklim PBB COP-21 yang digelar di Paris.
 
Laporan ini melihat kedalaman media dalam melaporkan seputar perubahan iklim dan apakah pemberitaan itu terkait dengan isu-isu keamanan pangan, pertanian dan migrasi. Termasuk soal apakah berita mengenai perubahan iklim itu masuk di halaman depan atau tidak.
 
"Penelitian ini jelas menunjukkan bahwa media yang dianalisis tidak membuat hubungan antara perubahan iklim dan banyak cerita lainnya yang mendominasi agenda berita pada waktu itu," kata Dubberley.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper