Kabar24.com, PALEMBANG -- Sulitnya pemadaman kebakaran di Sumatra Selatan mendorong Satgas mengupayakan adanya hujan buatan.
Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Kabut Asap Sumatera Selatan terus berupaya melakukan teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan untuk mempercepat pemadaman kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah setempat.
"Operasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan terutama pada lahan gambut di kawasan Kabupaten Ogan Komering Ilir yang cukup luas dan sulit dijangkau bisa lebih efektif dan cepat jika bisa diupayakan hujan buatan," kata Wakil Komandan Satgas Penanggulangan Bencana Asap Sumatera Selatan Yulizar Dinoto di Palembang, Rabu (28/10/2015).
Dia menjelaskan, hujan buatan sangat diperlukan karena hujan alami yang diprediksi mulai turun pada Oktober 2015 belum juga ada tanda-tandanya karena pengaruh fenomena El Nino yang masih cukup kuat.
Untuk melaksanakan hujan buatan, pihaknya terus memantau kondisi cuaca. Jika terdapat awam kumulonimbus yang bisa memicu terjadinya hujan, tim akan terbang menggunakan pesawat yang dapat melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC).
Kegiatan pelaksanaan hujan buatan didukung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), ujarnya.
Menurut dia, kabut asap cukup pekat dari kebakaran hutan dan lahan dampak musim kemarau yang menyelimuti udara Kota Palembang dan beberapa wilayah Sumsel lainnya sejak akhir Agustus 2015 hingga kini belum hilang.
Karena itu, selain operasi pemadaman melalui darat dan udara perlu diupayakan secara intensif hujan buatan agar gangguan terhadap aktivitas dan kesehatan masyarakat tidak semakin parah.
Dengan adanya hujan buatan, diharapkan dapat lebih maksimal kegiatan pemadaman titik panas yang akhir-akhir ini terpantau melalui satelit masih cukup banyak di wilayah Sumsel.
Sebelumnya BPBD yang dibantu sejumlah elemen masyarakat dan petugas Dinas Kehutan Sumsel, angggota TNI/Polri melakukan operasi darat atau turun ke hutan dan lahan perkebunan yang mengalami kebakaran, kata Yulizar.
Kabut asap akibatnya banyaknya titik panas telah mengganggu berbagai aktivitas masyarakat dan menyebabkan banyak warga yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).