Bisnis.com, MANADO-- Kalangan pelaku industri mengeluhkan pemadaman listrik secara bergilir memangkas omzet usaha cukup signifikan dan memacu biaya produksi bahan bakar minyak karena penggunaan genset.
Sebut saja, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulawesi Utara Jhony Lieke mengaku omzet usaha anggotanya terpangkas hingga 20%-30% akibat pemadaman listrik secara bergilir. Apalagi, pemadaman listrik tersebut terjadi selama empat jam setiap harinya.
“Omzet turun, okupasi hotel turun drastis, dan pemakaian bahan bakar minyak [BBM] untuk genset menjadi naik tajam. Dari total biaya industri yang harus kami keluarkan, sekitar 20% dihabiskan untuk kebutuhan listrik,” katanya kepada Bisnis, Senin (12/10).
Tidak hanya itu, dirinya mengungkapkan potensi alat-alat elektronik menjadi rusak semakin tinggi karena pemadaman listrik yang terus-menerus tersebut. Kendati demikian, Jhony menjelaskan potensi kerugian terbesar biasanya dialami oleh pemilik hotel melati karena tingkat okupansi hotel menjadi melorot.
“Potensi kebakaran juga semakin besar karena di hotel melati, mereka tidak memiliki genset sehingga tamu hotel terpaksa menggunakan lilin di dalam kamar,” tambahnya.
Sebagaimana diketahui, defisit kelistrikan di area Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo (Suluttenggo) telah menembus 83,8 mega watt (MW). Tiap harinya, PLN setidaknya melakukan pemadaman listrik mulai dua jam hingga empat jam.
Adapun daya mampu sistem Sulutgo saat ini sebesar 320 MW, sedangkan beban puncak sistem mencapai 325 MW. Tetapi, adanya gangguan pada PLTU Amurang unit 1 dan 2, serta debit air danau Tondano yang berkurang menyebabkan defisit listrik di Suluttenggo melonjak menjadi 83,8 MW dari sebelumnya defisit 5 MW.