Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Khawatir Resesi Ekonomi, BoJ Diprediksi Akan Tingkatkan Stimulus

Sejumlah ekonom memprediksi Bank of Japan akan meningkatkan stimulus berikutnya setelah data ekonomi menunjukkan risiko ekonomi negara itu bisa jatuh kembali ke dalam resesi.
Bank Sentral Jepang/bizdaily.com.sg
Bank Sentral Jepang/bizdaily.com.sg

Bisnis.com, JAKARTA-- Sejumlah ekonom memprediksi Bank of Japan akan meningkatkan stimulus berikutnya setelah data ekonomi menunjukkan risiko ekonomi negara itu bisa jatuh kembali ke dalam resesi.

Dengan berkembangnya kekhawatiran bahwa prospek yang lemah menyulitkan Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Kuroda untuk mencapai target inflasi sebesar 2%. Sedikitnya, 15 dari 36 analis memprediksi bank sentral akan meningkatkan program pembelian aset yang belum pernah terjadi sebelumnya, pada pertemuan 30 Oktober.

“Pelonggaran lebih lanjut menjadi satu-satunya pilihan yang tersisa. Jika bank sentral tidak bertindak pada Oktober, kredibilitasnya akan tergerus, memicu kenaikan yen dan anjloknya saham,” kata Masaaki Kanno, ekonom JPMorgan Chase & Co yang juga mantan pejabat Bank Sentral Jepang, seperti dikutip Bloomberg, Senin (5/10).

Dua ekonom memproyeksikan langkah terbaru yang akan diambil oleh bank sentral akan dilakukan pada pertemuan berikut yang berakhir pada 7 Oktober sementara 13 ekonom tidak mengharapkan terjadi perubahan kebijakan sama sekali.

Para ekonom dari Barclays Plc dan Credit Agricole SA memproyeksikan bank sentral itu akan mengajukan stimulus baru setelah terjadi penurunan tidak terduga dalam produksi industri Jepang pada Agustus dan kemungkinan akan mengalami kontraksi ekonomi pada kuartal selanjutnya.

Menurut ekonom Menurut Barclays ekonom Kyohei Morita dan Yuichiro Nagai, pilihan untuk stimulus lebih lanjut termasuk mempercepat laju pembelian obligasi pemerintah Jepang menjadi 100 triliun yen US$830 miliar atau setahun setelah pembelian obligasi sebesar 80 triliun yen untuk memperpanjang jatuh tempo rata-rata pembeli obligasi.

Sumber Bloomberg mengatakan, para pejabat Bank of Japan melihat kebutuhan untuk perluasan langsung dari stimulus moneter tidak begitu signifikan dan akan lebih memilih untuk menunda stimulus tersebut untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari prospek ekonomi di masa mendatang.

Izumi Devalier, ekonom di HSBC Holdings Plc mengatakan ada risiko bahwa produk domestik bruto menyusut pada kuartal ketiga. Dia merupkaan salah satu dari 13 ekonom yang tidak mengharapkan pelonggaran. “BOJ jelas berpikir itu yang terakhir, dan kami setuju,” ujarnya.

Bank Sentral Jepang mulai memberikan stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya pada April 2013 dengan tujuan untuk mencapai target inflasi 2% dalam waktu sekitar dua tahun. Pekan lalu Gubernur Kuroda mengharapkan bank itu bisa mencapai target inflasi itu pada September 2016, meski rencana itu bisa berubah seiring perubahan harga minyak bumi.(Bloomberg/M.G. Noviarizal Fernandez).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper