Bisnis.com, MUARA ENIM -- Pendapatan penyadap karet di Lubai, Muara Enim, Sumatra Selatan, ternyata rendah. Untuk setiap kilogram karet yang disadap mereka dibayar Rp3.000 per kilogram.
Di Pagar Dewa, Lubai, Tim Susur Bisnis.com menemui ibu Yanti. Bersama suami, empat anak, dan satu cucu, Yanti tinggal menumpang di rumah saudaranya.
Selama tiga tahun mukim di sana, suami Yanti menyadap karet di lahan seluas 1 hektare. Area karet itu bukan miliknya, melainkan milik tuan tanah.
Yanti bercerita suaminya bisa menyadap 60 kilogram karet selama lima hari kerja dalam sepekan. Satu kilogram saat ini dihargai Rp6.000. Maka, total hasil sadap -- atau nako dalam bahasa Palembang -- karet dalam sepekan Rp360.000.
Namun, tidak semua duit itu masuk kantong suami Yanti. Sebab, hasilnya harus dibagi dua. Setengah buat tuan tanah, sisanya untuk penyadap.
"Harus bagi dua soalnya ini kan bukan tanah kami. Suami saya cuma nako, karetnya juga tua. Kalau muda bisa 80 kilogram seminggu," ucap Yanti, Kamis, (16/7/2015).
Dalam sebulan, penghasilan suami Yanti dari menyadap karet sekitar Rp720.000 atau Rp180.000 sepekan. Selain dari nako karet, pendapatan keluarga Yanti berasal dari tebang pohon.
"Buat sehari-hari, saya buka warung. Tidak banyak orang yang datang. Kadang sehari Rp1.000 pun tak dapat," ujar Yanti.
Liputan susur Lebaran Jawa-Sumatra 2015 ini bekerja sama dengan Nissan Motor Indonesia.
(Akhirul Anwar, David Eka Issetiabudi, M. Abdi Amna, dan Gloria N. Dolorosa).
EKONOMI DAERAH: Penyadap Karet Muara Enim Terima Rp3.000 per Kg
Pendapatan penyadap karet di Lubai, Muara Enim, Sumatra Selatan, ternyata rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Tim Susur Jawa Sumatra 2015
Editor : M. Taufikul Basari
Topik
Konten Premium