Bisnis.com, PARIS -- Enam lembaga multilateral dan Kelompok Pembiayaan Pembangunan Internasional (IDFC) membentuk aturan guna menelusuri realisasi komitmen pembiayaan di bidang perubahan iklim.
Sistem penelusuran aliran dana tersebut diyakini akan mendukung dan memaksimalkan pembiayaan untuk membantu masyarakat menanggulangi dampak negatif perubahan iklim. Kesepakatan itu tertuang dalam Prinsip Bersama Penelusuran Pembiayaan Perubahan Iklim.
Adapun, lembaga multilateral yang meneken kesepakatan itu adalah Bank Pembangunan Afrika (AfDB), Bank Pembangunan Asia (ADB), Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD), Bank Investasi Eropa (EIB) Bank Pembangunan Inter-Amerika (IDB) dan Kelompok Bank Dunia.
Wakil Presiden Kelompok Bank Dunia dan Duta Besar Khusus untuk Perubahan Iklim Rachel Kyte mengatakan kesepakatan tersebut menandai perkembangan kerja sama antarinstitusi demi meminimalisasi dampak perubahan iklim.
"Kesepakatan ini membuka jalan untuk membangun transparansi yang lebih luas," kata Kyte dalam pernyataan resmi dari Bank Dunia, Kamis (9/7) malam.
Bulan lalu, lembaga multilateral merilis laporan tentang pembiayaan lingkungan sepanjang 2014. Pembiayaan khusus untuk mengatasi dampak perubahan iklim pada negara berkembang mencapai US$5 miliar tahun lalu.
Dana tersebut adalah bagian dari pembiayaan sektor lingkungan yang naik 19% pada 2014 menjadi US$28,3 miliar.
Angka itu sekaligus menjadi capaian pembiayaan terbesar sejak keenam lembaga menyepakati penyusunan laporan bersama khusus pembiyaan yang terkait isu iklim pada 2010.
Selama kurun waktu empat tahun, ADB, EBRD, EIB, AfDB, IDB, dan Kelompok Bank Dunia secara kumulatif mengalokasikan US$106 miliar untuk mendanai proyek yang bersentuhan dengan isu iklim.
Bank Dunia tercatat sebagai sumber dana terbesar. Sepanjang tahun lalu, hampir separuh pembiayaan atau sekitar US$11,8 miliar datang dari lembaga tersebut.
Secara lebih terperinci, dari total pendanaan sepanjang tahun lalu sekitar 28% diperuntukkan bagi proyek mitigasi yang berupaya mereduksi emisi gas rumah kaca.
Sementara 18% dana dialokasikan untuk proyek adaptasi guna membantu negara-negara mengatasi dampak perubahan iklim dan membangun ketahanan terhadap fenomena tersebut.
Sementara itu berdasarkan alokasi negara penerima, wilayah Asia Selatan menjadi penyerap terbesar dana dari enam bank multilateral itu dengan persentase mencapai 21%, diikuti oleh Amerika Latin dan Karibia sebesar 17%.
Berikutnya secara berturut-turut, pembiayaan diterima oleh Uni Eropa dengan 12%, Asia Timur dan Pasifik dengan 10%, dan wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara yang menyerap 9%.