Kabar24.com, JAKARTA—Buka puasa sesama kaum muslimin sudah biasa. Namun, jika dilakukan dari kalangan lintas agama, menjadi luar biasa.
Inilah yang dilakukan para pemuda-pemudi yang tergabung dalam Perhimpunan Pemuda-Pemuli Tulehu, Maluku, se-Jabodetabek.
Acara buka puasa ini dilaksanakan di Taman Wijaya IX, Kawasan Blok M, Kebayoran baru, Jakarta Selatan, Sabtu malam (4/7).
Pemuda-pemudi menegaskan akan mengutamakan persaudaraan karena mereka mengaku semua bersaudara tanpa melihat latar belakang agama, ras, dan etnis.
Selain pemuda-pemudi Maluku, masyarakat sekitar Taman Wijaya IX pun ikut menikmati takjil dan hidangan buka puasa berupa nasi kotak.
Acara ini pun diisi dengan pemutaran film dokumenter tentang jejak perjuangan pahlawan Maluku, Pattimura, berjudul “Karabessi” yang dibuat dan disutradarai Chris Pelamonia.
Chris Pelamonia mengatakan film dokumenter ini menggambarkan kebesaran, kejayaan, dan kehebatan Maluku di masa lalu yang diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi muda Maluku saat ini untuk bangkit dan memajukan Maluku.
Salah satu tokoh pemuda Maluku, Ferry Lasatira, menuturkan ajang buka puasa ini menjadi forum silaturahmi bagi pemuda dan pemudi baik yang beragama islam maupun bukan. “Intinya kami ingin bersatu dan menegaskan bahwa kita basudara [bersaudara],” katanya.
Ferry yang juga menjabat sebagai Ketua Pemuda Maluku Indonesia Bersatu Wilayah Jakarta Selatan ini menginginkan acara buka puasa lintas agama ini berlangsung setiap tahun, agar persaudaraan di antara perantau dari Maluku semakin akrab.
Tokoh pemuda lainnya, Arhtur Hitijahubessy dari Perkumpulan Pemuda Pemudi Maluku Blok M, Kebayoran Baru menambahkan meskipun bukan seorang Muslim, dia bersemangat menyambut acara buka puasa lintas agama ini.
Dia pun menegaskan masyarakat Maluku sudah ratusan tahun hidup dalam persaudaraan dan perdamaian. “Kita tidak memandang seseorang dari agama, ras, etnis, dan keturunan. Intinya kita basudara,” ujarnya.
Begitu juga pandangan seorang mahasiswi Gunadharma Jakarta dari Maluku, Karmila Ohorella. Menurutnya, acara buka puasa ini sangat positif untuk mempererat persaudaraan para pemuda dari Maluku yang ada di Jabodetabek.
“Saya dan keluarga datang dari Bekasi. Di sini banyak bertemu teman dan juga saudara. Ya, kita memang basudara,” katanya.
Serius Majukan Maluku
Sementara itu, tokoh Maluku yang selama ini aktif menyuarakan kepentingan masyarakat Maluku yakni Angelina Pattiasina mengungkapkan kegembiraan karena para pemuda dan pemudi Maluku dari lintas agama bisa berkumpul dan bersilaturahmi di acara buka puasa.
Angelina yang juga menjabat Direktur Archipelago Solidarity Foundation mengatakan persaudaraan di antara masyarakat Maluku sangat kuat sejak ratusan tahun.
Hanya saja pada 1999 dan beberapa tahun setelah itu dilanda konflik dan perang agama, semua itu karena ada kekuatan dari luar yang ingin memecah-belah kedamaian di Maluku. Akhirnya masyarakat Maluku terbawa arus konflik dan perang.
“Kini, sudah saatnya persaudaraan dieratkan kembali. Sudah saatnya Maluku bangkit dari keterpurukan dan ketertinggalan. Karena itu pemerintah pusat dalam hal ini Presiden Jokowi dan jajaran kabinetnya harus sungguh sungguh membangun Maluku dengan menyesuaikan kondisi dan geografis Maluku yang beda dengan provinsi lain. Kita kaya akan ikan, tambang, dan hasil hutan, mari kita berdayakan masyarakat agar maju da sejahtera,” ujar Angelina.
Sayangnya, kata Angelina, pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi saat berkunjung ke Pulau Buru (Maluku Tengah) menegaskan akan menjadikan Pulau Buru sebagai lumbung beras nasional dan itu sangat keliru.
“Tradisi Maluku adalah laut dan ikan menjadi makanan utama di samping sagu. Harusnya Presiden menegaskan untuk membangun industri untuk memajukan perikanan dan sumber laut lainnya,” ujar Angelina.