Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HERCULES JATUH DI MEDAN: Calon Panglima TNI Tolak Pesawat Bekas

Calon Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo berkomitmen mendatangkan pesawat udara baru dan bukan hibah atau bekas untuk pengadaan yang akan datang.
Calon Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menghadiri dan mengikuti uji kelayakan dan kepatutan sebagai calon Panglima TNI, di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (1/6)./Antara
Calon Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menghadiri dan mengikuti uji kelayakan dan kepatutan sebagai calon Panglima TNI, di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (1/6)./Antara

Kabar24.com, JAKARTA-- Calon Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo berkomitmen mendatangkan pesawat udara baru dan bukan hibah atau bekas untuk pengadaan yang akan datang.

"Saya sudah berkomunikasi dengan Komisi I DPR untuk pesawat udara harus baru. Pengadaan yang akan datang harus baru, kecuali yang sudah telanjur (proses pengadaannya)," kata Gatot di Ruang Rapat Komisi I DPR, Jakarta, Rabu (1/7/2015) malam.

Hal itu dikatakan Gatot usai menjalani uji kelayakan dan kepatutan calon Panglima TNI yang dilaksanakan Komisi I DPR. Dijelaskan, pesawat udara berbeda dengan alutsista yang berada di darat yang bisa diperbaiki di tempat apabila ditemukan kerusakan.

Namun, menurut dia, apabila pesawat mogok atau rusak ketika terbang akan hancur seperti beberapa kejadian kecelakaan pesawat milik TNI.

"Apabila pesawat mogok, maka hancur sehingga komitmen saya dan Komisi I DPR untuk pesawat udata harus yang baru," katanya.

Negara Kaya

Gatot menjelaskan, Indonesia bukan negara kaya, namun semua alutsista yang sudah usang harus ditinggalkan dan diganti dengan yang baru agar operasional TNI bisa berjalan.

Dia mengatakan, pembelian alutsista dari luar negeri harus memiliki transfer teknologi sehingga lambat laun Indonesia bisa memproduksi secara mandiri dan tidak tergantung dengan negara lain.

"Alutsista yang dimiliki Indonesia ada yang lama dan baru. Yang lama masih kami gunakan namun harus dipelihara," katanya.

Dia menjelaskan kategori pesawat ada dua yaitu layak terbang atau tidak layak. Gatot mencontohkan pesawat Hercules produksi tahun 1964 masih digunakan Singapura dan Bangladesh, namun dilakukan sistem pemeliharaan secara berkesinambungan.

"Sistem pemeliharaannya setiap 50 jam terbang ada opname dan pengecekan lalu per tiga tahun dan per enam tahun dilakukan cek," katanya.

Saat ini, menurut dia, ada 12 pesawat Hercules tahun 1964 dan 12 dari produksi tahun 1975 ke atas. Dia mengatakan tidak mungkin menghentikan operasi pesawat Hercules tersebut meskipun dengan alasan pesawat sudah uzur.

"Apabila itu (operasional pesawat Hercules dihentikan) lalu kita mau menggunakan apa?" katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper