Kabar24.com, JAKARTA - Chacha (33), seorang saksi mata mengaku melihat pesawat Hercules C-130B mengarah ke satu tanah kosong di belakang Sekolah Tinggi Manajemen Informastika Kristen (STMIK) Kristen Neumann.
Kapten Penerbang Sandy Permana, pilot Hercules diperkirakan berusaha mendaratkan pesawatnya di tanah kosong yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi tempat jatuhnya pesawat di Jalan Jamin Ginting Km 10 Padang Bulan Medan.
"Suaranya keras sekali, saya pikir ada gempa bumi,” ujar staf administrasi di STMIK Kristen Neumann ini.
Chacha berlari keluar dari gedung sekolah bertingkat 3 itu ketika mendengar suara keras. “Semuanya bau gas. Setelah saya tanya, ternyata bau avtur pesawat tersebut yang tumpah,” ujarnya.
Jika dilihat di lokasi kejadian, semua sisi bangunan ruko tiga lantai di samping tempat pesawat itu jatuh tampak hitam bekas kebakaran.
Sisa bangkai pesawat yang diduga sayap sepanjang 12 meter telah diturunkan dari atap penginapan Beraspati yang hancur, ke halaman parkir STMIK Neumann. Di belakang STMIK ini ada tanah kosong, seluas sekitar 80x400 meter.
“Awalnya saya rasa pesawat itu mau mendarat di belakang sekolah ini, soalnya tidak mungkin dia tiba-tiba belok ke kanan. Padahal ujung runway bandara ada di sebelah kiri jalan,” kata Christian Tarigan (45), saksi mata di lokasi kejadian.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna membantah pesawat Hercules C-130 yang jatuh di kawasan Padang Bulan Medan melebihi kapasitas angkutnya.
"Enggak (lebihi kapasitas), siapa yang bilang?" kata Agus.
Menurut dia, pesawat angkut jenis Hercules C-130 ini mampu membawa penumpang dan barang seberat total 135 ton.
Pesawat tersebut berangkat Selasa (30/6) karena pertimbangan muatannya sudah sesuai dengan kapasitas pesawat.
"Jelaslah, kalau melebihi kapasitas, tidak boleh diberangkatkan," tegas Agus.
Agus menegaskan musibah yang merenggut 122 nyawa itu bukan karena kelebihan kapasitas yang terlihat dari permintaan pilot Kapten Pnb Sandy Permana yang mengajukan permintaan kembali ke landasan (return to base).
"Tidak ada masalah dalam kapasitas, ini jelas musibah".
Sementara Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsekal Pertama Dwi Badarmanto membantah jika faktor usia disebut sebagai penyebab jatuhnya pesawat Hercules C-130B.
Dia mengatakan sampai saat ini proses investigasi jatuhnya pesawat dengan nomor penerbangan A-1310 itu masih berlangsung.
"Tidak sepenuhnya betul, kalau alutsista tua tapi selama pemeliharaannya bagus tentu masih bisa dioperasikan dengan baik," kata Dwi.
Meski begitu Dwi membenarkan jika sejumlah pesawat milik TNI AU berusia uzur. Mulai dari pesawat angkut, pesawat latih, hingga pesawat tempur.
Angkatan Udara pun menanggapi positif komitmen Presiden Joko Widodo yang akan konsentrasi memperbarui alutsista udara. Sebab bagaimana pun juga, alutsista baru lebih unggul dibanding yang sudah berusia tua.
"Tapi soal pembelian alutsista itu bukan ranah kami, tapi pemerintah".