Bisnis.com, JAKARTA--Kepala BNP2TKI Nusron Wahid memberikan Kuliah Umum kepada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mahardika. Kuliah umum ini merupakan rangkaian dari Safari Ramadhan BNP2TKI ke VIII Tahun 2015 yang berlangsung di Cirebon, Jawa Barat.
Kuliah Umum Kepala BNP2TKI yang bertema Peluang Kerja Tenaga Kesehatan di Luar Negeri dihadiri sekitar 200 perawat dari STIKES Mahardika Cirebon. Menurut Nusron Wahid, selama ini tenaga yang bekerja ke Luar Negeri masih banyak unskill yaitu pada sektor informal sebagai Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT). Pemerintah sudah bertekad untuk menghentikan pengiriman PLRT, sebagai gantinya pemerintah akan mengirim tenaga kerja skill atau formal seperti Nurse ke rumah sakit-rumah sakit di berbagai Negara penempatan.
"Ini merupakan peluang kerja yang terbuka luas. Seperti pelayan toko, pelayan restoran di kapal pesiar, ada juga welder atau tukang las untuk industri besar dan tenaga kerja pada sektor kontruksi," papar Nusron kepada para mahasiswa, Sabtu, (27/6/2015) Nusron mengatakan kenapa orang memilih bekerja ke Luar Negeri, sebab saat ini terdapat sekitar 2,8 hingga 2,9 juta angkatan kerja baru.
Lanjutnya, angkatan kerja adalah usia produktif mulai 18 hingga 50 tahun dan angka ini setiap tahunnya terus bertambah. Penambahan jumlah angkatan kerja ini tentu membutuhkan pekerjaan. "Sekarang target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen. Diperkirakan angka pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen, sedangkan 1 persennya hanya menyerap 250 ribu orang.
Sementara itu ada 62 persen dari total angkatan kerja adalah lulusan SD dan SMP. Nah ini mau diapakan, mau dibawa kemana, jika diserap mereka hanya bisa bekerja pada sektor informal atau pekerja kasar," paparnya. Kepala BNP2TKI mengatakan, karena tidak bisa terserap oleh lapangan kerja, makanya terjadi migrasi seperti ke kota-kota besar atau bahkan bekerja ke Luar Negeri tujuannya tidak lain adalah untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik.
Kepada para mahasiswa, Nusron menambahkan, setiap tahun Indonesia meluluskan perawat sebanyak 230 ribu perawat, sementara yang tertampung di Rumah Sakit hanya 13 ribu perawat. Karena sisanya masih banyak maka akhirnya menganggur. "Setiap tahun ada permintaan perawat sebanyak 15.000 dari Timur Tengah, Korea, Jepang.
Namun pemerintah baru bisa melayanai sekitar 6.000 perawat untuk ditempatkan di Luar Negeri," jelasnya. Ia menyebutkan, lembaga sertifikasi perawat internasional atau NCLEX-RN (National Council Licensure Examination Nurse Register) di Asia ini baru 4 (empat) yang punya, yaitu India, Filipina, Hongkong, dan Taiwan. Karena itu, perawat Indonesia kalau ingin mendapatkan sertifikat internasional itu. "'Peluang bekerja menjadi perawat terbuka luas, sehingga dengan sertifikat keahlian itu para perawat dapat bekerja di rumah sakit Internasional," kata Nusron.